Deputi Bappenas Amich Alhumami : Yang Membuat Cina, Jepang dan Korea Selatan Maju karena Investasi Terbaik mereka Dibidang Pendidikan, Kesehatan dan Iptek

-

JAKARTA – Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Drs. Amich Alhumami, MA, M.Ed, Ph.D menegaskan pentingnya pendidikan dan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Indonesia Mengglobal 12th Anniversary yang digelar di Jakarta, Minggu (4/8/2024).

Seperti diketahui pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yaitu jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif.

Dalam forum tersebut Amich menjelaskan,
pihaknya di Bappenas menyusun dokumen perencanaan tentang bagaimana menggagas Indonesia masa depan. Dan menggagas Indonesia masa depan jelas dia adalah merujuk pada pengalaman dunia dan apa yang terjadi di dunia

Mengutip megatrend global pada 2045, Amich mengatakan, pertumbuhan demografi dunia nanti jumlah penduduk dunia 9,5 miliar. Dan 55 persen ada di Asia. Indonesia adalah bagian Asia. Penduduk Indonesia sekarang 281 juta jiwa, nanti bisa mencapai 325 juta jiwa yang sebagian besar 70 persen lebih penduduk muda, produktif.

“Apa yang harus dipersiapkan. Yang pertama tentu akses pendidikan. Supaya
akses ke pengetahuan, punya keterampilan dan keahlian, yang itu nantinya dibutuhkan di masa depan.
Pemerintah punya prinsip, berinvestasi untuk sektor pendidikan. Berinvestasi juga untuk sektor kesehatan,” ujarnya.

“Karena ini adalah pilar penting untuk apa yang disebut sebagai human capital, atau modal manusia. Modal manusia adalah kunci bagi pencapaian tinggi dibidang apapun,” imbuh Amich.

Kita juga akan menghadapi dinamika global. Karena itu penguasaan Iptek, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan, sangat diperlukan. Seperti bagaimana mengelola sumber daya alam dengan baik.

“Tanpa Iptek kita akan ketinggalan. Pak Habibie menyebut Indonesia memang penduduk terbesar keempat dari sisi ukuran penduduk dan juga dari sisi
ukuran luas wilayah, itu tidak cukup,” ujarnya.

Penduduk Indonesia harus berkualitas dan menguasai pengetahuan. Bagaimana mengekspresikan sumber daya alam yang melimpah, tidak lain dengan meningkatkan kualitas dan sumber daya manusia.
Nilai kompetitif bisa dilakukan kalau kita
Menguasai Iptek.

“Itulah mengapa Iptek penting dan mengapa riset and development penting.
Dengan investasi itulah yang akan menjadi faktor pembeda Indonesia dengan negara lain,” ujarnya.

Amich kemudian memberikan ilustrasi sebuah negara yang saat ini maju, karena berinvestasi di bidang pendidikan dan kesehatan.

“Saya ingin memberi ilustrasi Jepang, Korea dan Cina. Jepang itu kalah perang tahun 45, semuanya lumpuh dan hampir tidak tersisa apa apa. Tapi kemudian tahun 75, mereka bangkit. Industri otomotifnya bangkit dan menguasai dunia,” ujar Amich.

Kemudian jelas dia, Cina itu pernah mengalami masa sejarah kelam. Ada perang sipil, ada masa revolusi kebudayaan. Ada konflik ideologi yang amat sangat berat. Dan ketika memasuki reformasi ekonomi politiknya terbuka maka pemimpin-pemimpin dan elit-elit Cina menyekolahkan generasi muda terbaik ke Barat.

“Ada pertentangan di dalam, tapi salah satu pemimpin Cina saat itu mengatakan kirimlah orang-orang muda Cina, satu juta atau dua juta, jangan khawatir mereka akan beralih menjadi penganut ideologi kapitalisme karena Cina adalah sosialis.
Satu persen saja, dua persen saja. Satu juta kah atau dua juta kembali ke Cina itu sudah cukup untuk membangkitkan Cina. Dan kita lihat sekarang mereka jadi raksasa dunia yang menjadi kompetitor tangguh barat,” ujarnya.

Kemudian jelas Amich ada Korea Selatan, yang juga pernah mengalami masa yang tak kalah kelamnya. Ada Perang sipil, sampai terbelah Korea Utara dan Korea Selatan dan juga perang melawan Jepang.

“Investasi terbaik mereka sekali lagi di bidang pendidikan, kesehatan dan Iptek.
Ini yang kemudian menjadi nilai tambah. Dengan mengirim orang terbaik ke sana (luar negeri) mungkin untuk bekerja sementara waktu kemudian kembali ke Indonesia. Korea Selatan dan Cina pernah mengalami.orang-orang terbaik nya pergi ke luar negeri. Tapi begitu ekonomi tumbuh, mereka kemudian pelan-pelan kembali,” ujarnya.
,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related Stories