Danantara Pilar Baru Kemandirian Ekonomi Nasional

-

Danantara Pilar Baru Kemandirian Ekonomi Nasional

Oleh: Fahri Hakim

Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional dengan meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Lembaga ini tidak hanya ditugaskan mengonsolidasikan aset-aset negara, tetapi juga menjadi motor penggerak dalam membangun kemandirian ekonomi Indonesia melalui pengelolaan profesional, transparan, dan berorientasi jangka panjang.

 

 

 

Peluncuran Danantara disambut luas oleh berbagai pihak, terutama dari kalangan pelaku usaha dan pengawas keuangan. Sebagai sovereign wealth fund nasional, Danantara didorong untuk memanfaatkan potensi besar aset negara yang selama ini belum optimal, termasuk mengundang investasi global ke sektor-sektor prioritas nasional.

 

 

 

Corporate Secretary PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, Joko Raharjo, menyampaikan bahwa Danantara berperan penting dalam mendukung pembangunan nasional, khususnya melalui optimalisasi aset dan percepatan industrialisasi. Menurutnya, sinergi antara perusahaan konstruksi BUMN dengan Danantara menjadi langkah konkret untuk mempercepat pembangunan infrastruktur produktif.

 

 

 

Ia menjelaskan bahwa investasi Danantara seharusnya diarahkan pada sektor-sektor yang berdampak langsung terhadap kemandirian ekonomi nasional, seperti energi, pangan, dan biofuel. Dengan dukungan pembiayaan yang tepat sasaran dan tata kelola yang kuat, Joko yakin lembaga ini akan memberi nilai tambah dalam mewujudkan sistem ekonomi yang mandiri, tangguh, dan berdaya saing global.

 

 

 

Dari perspektif pengawasan sistem keuangan, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai Danantara sebagai lompatan penting dalam pengelolaan kekayaan negara di luar mekanisme anggaran negara. Menurutnya, pendekatan pengelolaan jangka panjang melalui konsolidasi aset BUMN dalam bentuk investasi strategis menjadi pembeda utama Danantara dengan lembaga keuangan konvensional.

 

 

 

Dian menjelaskan bahwa pada tahap awal, Danantara telah menghimpun aset dari tujuh BUMN besar, termasuk PLN, Pertamina, Telkom, dan bank-bank Himbara. Ia menambahkan bahwa pengelolaan aset oleh Danantara akan tetap berada dalam koridor pengawasan yang ketat, terutama dalam aspek manajemen risiko, tata kelola keuangan, dan keberlanjutan proyek.

 

 

 

Menurut Dian, kehadiran Danantara juga akan membuka ruang pembiayaan baru tanpa membebani fiskal. Skema investasi ini diyakini mampu menjembatani kebutuhan pembiayaan proyek-proyek besar, sekaligus memperkuat posisi keuangan negara dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang semakin kompleks.

 

 

 

Dukungan terhadap Danantara juga datang dari sektor energi. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan 19 proyek strategis senilai US\$9,25 miliar untuk dikolaborasikan bersama Danantara. Proyek-proyek tersebut mencakup sektor energi fosil dan energi terbarukan yang dinilai krusial untuk ketahanan energi nasional.

 

 

 

Simon menjelaskan bahwa keterlibatan Danantara akan memperkuat struktur pembiayaan proyek-proyek strategis, sekaligus mendorong kerja sama investasi dengan mitra global. Menurutnya, pendekatan investasi jangka panjang yang diusung Danantara sejalan dengan upaya Pertamina dalam memastikan keberlanjutan pasokan energi nasional dan pembangunan industri pendukung yang kuat.

 

 

 

Tidak hanya terbatas pada pendanaan dalam negeri, Danantara juga berhasil menarik perhatian mitra investasi internasional. Hingga pertengahan 2025, lembaga ini telah menjalin kerja sama dengan Qatar Investment Authority (QIA), Future Fund Australia, dan China Investment Corporation (CIC). Total komitmen investasi asing yang masuk telah mencapai lebih dari US\$7 miliar, dan diproyeksikan akan bertambah US\$10 miliar dalam waktu dekat dari sejumlah bank asing ternama.

 

 

 

Kemitraan dengan lima bank besar seperti DBS, HSBC, Natixis, Standard Chartered, dan United Overseas Bank (UOB) menandai pencapaian penting Danantara dalam mengamankan fasilitas kredit jumbo senilai US\$10 miliar. Sebagian dari dana ini akan digunakan untuk membiayai proyek strategis, termasuk pembangunan Pabrik Chlor Alkali–Ethylene Dichloride milik PT Chandra Asri Pacific Tbk, dengan nilai investasi sekitar US\$800 juta.

 

 

 

Komitmen besar dari para mitra internasional mencerminkan tingginya kepercayaan terhadap pengelolaan aset oleh Danantara. Dalam waktu kurang dari enam bulan sejak resmi diluncurkan, Danantara berhasil menunjukkan performa yang meyakinkan dalam menarik minat investor global serta membangun tata kelola yang mengacu pada praktik terbaik dunia.

 

 

 

Peran Danantara bukan sekadar sebagai pengelola aset pasif, melainkan sebagai akselerator transformasi ekonomi nasional. Keberadaan lembaga ini diharapkan mampu menyeimbangkan kebutuhan investasi domestik dengan potensi dukungan luar negeri, sehingga Indonesia tidak lagi tergantung pada pembiayaan konvensional atau utang luar negeri.

 

 

 

Dengan pendekatan yang adaptif, fokus pada sektor strategis, serta tata kelola yang akuntabel, Danantara dinilai tepat menjadi pilar utama dalam mewujudkan kemandirian ekonomi nasional. Sinergi antara pemerintah, BUMN, dan mitra global melalui Danantara menjadi simbol kepercayaan bersama dalam membangun masa depan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan dan berdaulat.

 

 

 

Ke depan, Danantara juga diharapkan mampu memainkan peran strategis dalam membangun ekosistem investasi yang inklusif dan progresif. Dengan memperkuat jaringan kerja sama domestik maupun internasional, Danantara dapat menjadi penghubung antara kebutuhan pembangunan nasional dan ketersediaan pembiayaan jangka panjang.

 

 

 

Tidak hanya berorientasi pada keuntungan finansial, setiap investasi diarahkan untuk memberikan dampak sosial dan ekonomi yang luas bagi masyarakat. Selain itu, pendekatan berkelanjutan yang diusung lembaga ini diharapkan mampu menciptakan ketahanan ekonomi yang responsif terhadap tantangan global seperti krisis energi, perubahan iklim, serta ketidakpastian geopolitik.

 

 

 

)* Pemerhati Kebijakan Ekonomi

Related Stories