Pemangkasan BI Rate: Langkah Strategis Pemerintah Jaga Stabilitas dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi

-

Jakarta — Bank Indonesia (BI) terus menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan melalui penurunan suku bunga acuan (BI Rate).

 

Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa sejak September 2024, BI telah menurunkan BI Rate sebanyak lima kali dengan total penurunan sebesar 125 basis poin. Saat ini, suku bunga acuan berada pada level terendah sejak tahun 2022, yaitu 5 persen.

 

 

 

 

 

 

“Kami terus mencermati perkembangan dan kemungkinan penurunan suku bunga acuan ke depan,” ujar Perry Warjiyo

 

 

 

 

 

 

Selain kebijakan suku bunga, BI juga berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang menguat dari Rp17.000 per dolar Amerika Serikat pada April 2025 menjadi Rp16.300 per dolar Amerika Serikat pada Agustus 2025.

 

 

 

 

 

 

“BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar offshore maupun domestik, guna memastikan rupiah tetap kuat dan mendukung perekonomian,” tegas Perry.

 

 

 

 

 

 

Sebagai bagian dari langkah ekspansi likuiditas, BI telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp186 triliun. Kebijakan ini dilakukan secara sinergis bersama Kementerian Keuangan agar kebijakan moneter dan fiskal berjalan seiring dan mendukung program ekonomi kerakyatan yang menjadi prioritas pemerintah.

 

 

 

 

 

 

Tak hanya itu, BI juga memberikan insentif Kebijakan Likuiditas Makropudensial (KLM) senilai Rp384 triliun kepada perbankan, agar menyalurkan kredit dan pembiayaan ke sektor prioritas dalam program Asta Cita.

 

 

 

 

 

 

“Kami berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit ke sektor produktif,” lanjut Perry.

 

 

 

 

 

 

Digitalisasi ekonomi pun menjadi fokus BI. Hingga saat ini, QRIS telah digunakan oleh 57 juta pengguna dan 40 juta merchant, terutama pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Layanan QRIS bahkan telah meluas hingga ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Jepang, dengan rencana pengembangan ke China dan Arab Saudi guna memudahkan jamaah umroh dan haji.

 

 

 

 

 

 

Respons positif terhadap kebijakan ini juga datang dari dunia perbankan. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, M. Ashidiq Iswara, menilai penurunan BI Rate menjadi 5 persen sebagai kebijakan moneter yang akomodatif dan tepat sasaran.

 

 

 

 

 

 

“Penyesuaian suku bunga acuan ini diharapkan dapat mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan kondisi inflasi yang terkendali dan nilai tukar yang relatif stabil,” ujarnya.

 

 

 

 

 

 

Bank Mandiri berkomitmen untuk menjaga intermediasi keuangan yang sehat dan mendukung sektor produktif dengan pendekatan yang prudent dalam penyesuaian suku bunga kredit dan simpanan. Lebih dari itu, Bank Mandiri terus mengoptimalkan layanan digital seperti Livin’ by Mandiri, Kopra by Mandiri, dan Livin’ Merchant untuk memperluas akses layanan keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Related Stories