Sejumlah Pihak Himbau Masyarakat Tidak Terprovokasi Dengan Hoaks Ajakan Demonstrasi Ke Jakarta di Medsos

-

Sejumlah Pihak Himbau Masyarakat Tidak Terprovokasi Dengan Hoaks Ajakan Demonstrasi Ke Jakarta di Medsos

Jakarta, Pasca kericuhan yang terjadi di beberapa kota di Indonesia beberapa waktu lalu, ruang publik digital (media sosial) dibanjiri beragam informasi yang berisi ajakan demonstrasi ke Jakarta. Informasi-informasi tersebut berpotensi hoaks maupun disinformasi.

 

Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh ajakan demonstrasi ke Jakarta yang berpotensi menimbulkan kericuhan melalui media sosial, seperti di _WhatsApp._ Ditambahkannya bahwa isu di Medsos tersebut tidak benar (hoaks).

 

“Masyarakat agar menyikapi setiap informasi dengan jernih. Saluran utama yang bisa dijadikan rujukan adalah media massa, wartawan, dan jurnalis yang menyampaikan informasi secara faktual,” ujarnya.

 

Trunoyudo juga menekankan, publik harus selalu menyaring informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya. Media memiliki peran strategis dalam menjernihkan isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat

 

“Setiap informasi perlu disaring dengan baik dan diperiksa sumbernya. Mari jadikan media massa sebagai saluran utama penyampai informasi yang benar dan kredibel,” tegas Trunoyudo.

 

Senada, Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho meminta warga untuk mewaspadai peredaran masif hoaks di ruang digital (Medsos). Hoaks mengenai ajakan demonstrasi ke Jakarta, dan represi aparat yang beredar di media sosial maupun aplikasi pesan bisa memperkeruh situasi dan memicu eskalasi kekerasan.

 

“Akibatnya, muncul ketidakpastian, kemarahan, hasutan kebencian, dan aksi kekerasan. Warga agar mewaspadai peredaran masif hoaks di ruang publik digital,” ujar Septiaji.

 

Sementara itu, Pakar Kajian Budaya dan Media Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Dr Radius Setiyawan mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap hoaks dan disinformasi yang marak beredar pasca-aksi yang berujung kericuhan beberapa waktu lalu.

 

“Ruang publik digital kini dibanjiri beragam informasi. Dalam kondisi riuh seperti ini masyarakat perlu berhati-hati dan tidak terburu-buru mempercayai setiap kabar,” kata Radius di Surabaya.

 

Menurutnya, potensi hoaks dan disinformasi sangat mungkin muncul, yang justru dapat memperkeruh keadaan apabila masyarakat tidak cermat dalam menyikapi kabar di media sosial. Di sisi lain publik semakin mampu memilah mana informasi yang valid dan mana yang menyesatkan.

 

“Banyak netizen dapat dengan cepat membedakan peristiwa demonstrasi damai dengan kerusuhan yang berujung penjarahan, serta menguatkannya dengan berbagai data dan analisis,” pungkasnya.

Related Stories