Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama: Presiden RI ke – 2 Soeharto Pantas Jadi Pahlawan Nasional

-

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama: Presiden RI ke – 2 Soeharto Pantas Jadi Pahlawan Nasional

*Jakarta* – Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) menilai Presiden RI ke – 2 Soeharto pantas untuk mendapatkan gelar Pahlawan Nasional karena jasa – jasanya untuk bangsa Indonesia.

 

Hal itu terungkap saat dialog di salah satu stasiun tv swasta nasional yang mengangkat tema “Bangsa Besar Hormati Pemimpin dan Pahlawan”, di Jakarta Minggu (9/11/2025).

 

 

Pimpinan Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Dr. Makroen Sanjaya mengatakan Muhammadiyah sudah mengkaji dari ketokohan beliau sebagai Presiden ke-2, kita menilai sosok secara komprehensif, tidak bisa sepotong-sepotong. Setelah kita teliti, sejak jaman revolusi kemerdekaan beliau ini sudah memberikan kontribusi terbesar bagi bangsa ini.

 

 

“Kalau kita menyinggung sosok Presiden RI ke-2, Bapak Soeharto, sejak tahun 1946 sudah berkontribusi, waktu itu sejarah mencatat ada semacam kudeta yang dilakukan oleh kelompok kiri, Pak Harto sebagai militer bisa menanggulangi hal tersebut”, ujar Makroen.

 

 

“Belum lagi ketika serangan umum 1 Maret di Yogyakarta yang kemudian menjadi salah satu episode sejarah bangsa di mana kita mempertahankan kemerdekaan. Sampai kemudian G30S/PKI, beliau sebagai tokoh utama yang bisa menyelesaikan persoalan itu,” jelasnya.

 

 

Ditambahkan Makroen Sanjaya, ketika beliau menjabat sebagai Presiden RI ke -2 dunia mengakui, salah satunya ketika kita bisa mencapai sebuah pencapaian dimana kita mencapai swasembada pangan dan diakui oleh dunia, sampai beliau pidato di forum FAO.

 

 

“Saya sependapat bila apabila kita dalam memperlakukan pimpinan negara, ada filosofi Jawa yang menurut saya sangat elegan kita coba kaji, yaitu ‘mikul ndhuwur, mendem njero’, tidak ada manusia yang sempurna. Tapi kalau kita sebagai bangsa hanya mencari-cari kesalahan dan kekurangan di masa lalu, tentu kita tidak akan maju ke depan. Ibarat kaca spion, itu perlu untuk pembelajaran dan hikmah untuk kita ambil, tapi ke depan kita harus tatap”, tuturnya.

 

 

Makroen Sanjaya mengungkapkan kategorisasi pahlawan, di dalam Undang-Undang yang kita gunakan, minimal ada dua bentuk yang bisa dilihat, dibuktikan, dirasakan, dilanjutkan yaitu kesediaan berkorban untuk bangsa, negara, masyarakat, kehidupan dan kemanusiaan. Kedua adalah dia mencapai sebuah prestasi atau capaian tertentu yang kemudian bisa menjadi role model, kemudian ada jejaknya, dan dapat rekognisi, baik dari regional maupun internasional.

 

 

“Di era kini, generasi muda juga harus tidak boleh melupakan sejarah, dan kalau kita belajar sejarah juga membentuk sejarah baru, bahwa yang namanya pengorbanan, pencapaian, prestasi itu harus terus digaungkan, dilanjutkan dengan bentuk yang berbeda”, pungkasnya.

 

 

“Sebenarnya kalau saya pelajari dari 40 (nama usulan pahlawan) ini layak semua, cuma gak mungkin seketika semua jadi pahlawan, mungkin nanti pada tahap-tahap berikutnya. Tetapi saya lihat, kembali kepada kriteria kepahlawanan tadi, dikaitkan juga generasi muda saat ini, bahwa yang namanya kriteria: berani, sedia berkoban, mengorbankan apa saja yang dia punya, untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara kalau dalam tatanan struktur. Kedua, bagaimana mencapai prestasi, ada capaian, ada alat ukur ada KPI-nya, seseorang bisa disebut pahlawan itu apa, tentu tidak bisa untuk diri sendiri sebagai pahlawan, mungkin hanya untuk keluarga. Tapi bagaimana pencapaian ini berpengaruh pada masyarakat, Presiden RI ke – 2 Soeharto sudah memenuhi itu semua dan layak untuk jadi Pahlawan Nasional,” katanya.

 

 

Sementara itu, hal senada juga disampaikan Tokoh NU yang juga sebagai Wakil Sekjen MUI KH Arif Fahrudin. Menurutnya pahlawan itu pada umumnya, mereka yang banyak jasa, berjasa kepada bangsa dan negara. Kedua adalah mereka yang rela mengorbankan segala apa yang dia punya demi satu tujuan bersama, yaitu tujuan mendirikan negara bangsa ini. Jadi kata kuncinya dua itu, berjasa dan rela berkorban.

 

 

“Sosok Presiden ke-2 RI Soeharto sudah menggambarkan sebagai Pahlawan. begini, Pak Harto itu kontribusi beliau sebelum bahkan dimulai di era revolusi kemerdekaan, merebut kemerdekaan dan di masa transisi dan sampai beliau menjadi pimpinan di ABRI sampai menjadi Presiden, jadi era sebelum kemerdekaan, kemerdekaan dan menjadi Presiden”, ucapnya

 

 

“Semua adalah pendiri negara ini, pahlawan dan pejuang negara, serta di masa kemerdekaan, Soeharto juga memiliki peran penting.

 

 

“Indonesia Emas 2045 itu kan suatu target, capaian dan sekaligus di situ ada harapan, tentu harapan diciptakan ada ukuran logis dan ilmiah. Memang dalam agama, khususnya dalam Islam disebutkan bahwa dalams etiap 100 tahun itu pasti ada tokoh ataupun ada semangat yang sifatnya pembaruan, kalau kita hitung dari perjalanan bangsa ini dari mulai merdeka, itu kan dalam proses kemerdekaan yang menuju 100 tahun ini. Itu tentu bisa kita ambil di sana, bagaimana kita mensyukuri semua generasi, terutama yang milenial, Gen Z, Alpha”, tambahnya.

 

 

“Yang sudah dikontribusikan oleh para calon penerima gelar pahlawan termasuk Presiden ke – 2 RI, memang di dalam Islam ada istilah ‘dalam setiap era ada tokohnya, dan setiap tokoh punya eranya’ jadi misalnya apa yang baik itu tentu harus bisa dipetik dengan seksama, dipelajari kemudian dijadikan legacy untuk generasi berikutnya”, tutupnya.

Related Stories