Tokoh Agama Serukan Penghormatan Pemimpin Bangsa, Soeharto Layak Jadi Pahlawan Nasional
Jakarta – Dalam momentum peringatan Hari Pahlawan, sejumlah tokoh agama menegaskan pentingnya bangsa Indonesia menghormati jasa para pemimpin dan pahlawannya, termasuk Presiden ke-2 Republik Indonesia, almarhum H.M. Soeharto. Mereka menilai, Soeharto adalah sosok yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa dan negara, baik di masa perjuangan kemerdekaan maupun dalam memimpin Indonesia menuju masa pembangunan dan stabilitas nasional.
Pimpinan Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. Makroen Sanjaya, menyampaikan bahwa pandangan Muhammadiyah terhadap sosok Soeharto didasarkan pada kajian yang menyeluruh dan objektif. “Muhammadiyah sudah mengkaji dari ketokohan beliau sebagai Presiden ke-2, dan kita menilai sosok secara komprehensif, tidak bisa sepotong-sepotong. Setelah kita teliti, sejak zaman revolusi kemerdekaan beliau sudah memberikan kontribusi terbesar bagi bangsa,” ujar Makroen.
Ia menegaskan, generasi muda tidak boleh melupakan sejarah dan harus mampu melanjutkan semangat perjuangan para pendahulu. “Kalau kita belajar sejarah, maka kita juga sedang membentuk sejarah baru. Pengorbanan dan prestasi para pemimpin harus terus digaungkan dan dilanjutkan. Role model itu sudah banyak dicerminkan oleh para pahlawan, pemimpin, dan pejuang bangsa yang mendermakan dirinya untuk negara dan kemanusiaan,” tambahnya.
Menurutnya, penghargaan terhadap jasa Soeharto bukan hanya bentuk penghormatan terhadap individu, tetapi juga cermin dari kedewasaan bangsa dalam menilai sejarahnya sendiri. “Tidak mungkin kita ada tanpa perjuangan para pendahulu kita. Ini harus ditanamkan terus dan menjadi tugas kita membangun ke depan dengan lebih baik, sebagaimana yang diwariskan oleh para pemimpin bangsa,” tuturnya.
Sementara itu, tokoh Nahdlatul Ulama yang juga Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Arif Fahrudin, menyatakan bahwa kontribusi Soeharto terhadap bangsa sudah dimulai jauh sebelum ia menjadi Presiden. “Pak Harto itu kontribusinya bahkan dimulai di era revolusi kemerdekaan. Beliau terlibat dalam perjuangan merebut kemerdekaan, di masa transisi, hingga akhirnya menjadi Presiden. Jadi, jasa beliau melintasi tiga era penting sejarah bangsa,” ungkapnya.
KH Arif juga mengingatkan pentingnya bangsa Indonesia menghargai para tokoh dan pahlawan sebagai wujud rasa syukur terhadap nikmat kemerdekaan. “Saya khawatir jika kita tidak pandai menghargai jasa para pendahulu bangsa ini, maka kita tidak akan pandai bersyukur atas keberadaan negara ini. Dari negeri ini kita hidup, menikmati hasil bumi dan udara segar. Kalau kita tidak bisa mensyukuri itu, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi slogan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa menghormati jasa para pemimpin seperti Soeharto merupakan bagian dari membangun karakter bangsa yang beradab dan berterima kasih. “Menghargai jasa mereka bukan berarti menutup mata terhadap kekurangan, tetapi menempatkan jasa mereka secara proporsional. Itulah sikap bangsa besar,” tutup KH Arif Fahrudin.
Dengan pandangan tersebut, dukungan agar Soeharto dianugerahi gelar Pahlawan Nasional terus menguat. Bagi para tokoh agama, hal ini bukan hanya soal penghargaan terhadap individu, tetapi juga pengakuan bahwa bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan jasa para pemimpinnya.


