Negara Akui Jasa Besar Soeharto Pahlawan Nasional dari Era Pembangunan

-

Negara Akui Jasa Besar Soeharto Pahlawan Nasional dari Era Pembangunan

Oleh: Ayu Safira Lestari

Pemerintah resmi menetapkan Presiden ke-2 Republik Indonesia, H. M. Soeharto, sebagai Pahlawan Nasional. Keputusan ini menandai babak penting dalam sejarah bangsa Indonesia, sekaligus mempertegas pengakuan negara atas jasa besar seorang pemimpin yang telah meletakkan fondasi pembangunan nasional dan menjaga stabilitas politik selama lebih dari tiga dekade kepemimpinannya.

 

 

 

Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto dinilai berbagai kalangan sebagai bentuk apresiasi negara terhadap dedikasi dan kontribusinya dalam membangun Indonesia dari masa pasca-kemerdekaan menuju era pembangunan modern. Soeharto tidak hanya dikenal sebagai sosok yang menata kembali ekonomi nasional, tetapi juga sebagai pemimpin yang berhasil menciptakan stabilitas politik serta memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

 

 

Penetapan gelar tersebut juga menjadi penegasan terhadap penghargaan yang telah diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui TAP MPR No. V/MPR/1983 yang menetapkan Soeharto sebagai “Bapak Pembangunan Indonesia.” Dalam keputusan tersebut, MPR menilai Soeharto telah berhasil meletakkan dasar yang kuat bagi pembangunan nasional berkelanjutan melalui program Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang mencakup sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

 

 

 

Bagi banyak kalangan, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto adalah bentuk pengakuan atas warisan kebijakan yang masih dirasakan hingga kini. Ia dianggap sebagai pemimpin yang mampu menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dan sosial, sekaligus menjaga arah pembangunan agar tetap berpihak pada rakyat kecil.

 

 

 

Dukungan terhadap penganugerahan ini datang dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk dari kalangan petani yang menjadi salah satu kelompok paling merasakan langsung kebijakan ekonomi dan pertanian di masa Orde Baru. Ketua Umum Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo), Irfan Ahmad Fauzi, menilai bahwa kebijakan-kebijakan di era Soeharto berhasil membawa perubahan besar bagi petani, terutama melalui program-program peningkatan produktivitas dan pemerataan kesejahteraan.

 

 

 

Menurut Irfan, berbagai inisiatif yang dijalankan di masa kepemimpinan Soeharto seperti Program Peremajaan Perkebunan Rakyat (PRPTE) dan Perkebunan Inti Rakyat (PIR) telah membuka peluang bagi jutaan petani untuk memperbaiki taraf hidupnya. Ia menjelaskan bahwa melalui pendekatan tersebut, negara tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil produksi, tetapi juga menciptakan sistem ekonomi yang lebih inklusif di pedesaan.

 

 

 

Irfan menilai bahwa Soeharto memiliki visi jauh ke depan dengan menekankan pentingnya infrastruktur pertanian dan pedesaan. Pembangunan jalan produksi, sistem irigasi, serta jaringan distribusi yang dilakukan pada masa Orde Baru, menurutnya, telah memberikan dampak jangka panjang bagi pemerataan ekonomi di berbagai daerah. Ia menambahkan bahwa banyak wilayah yang dulunya terisolasi kini dapat berkembang pesat berkat kebijakan pembangunan yang terarah pada masa kepemimpinan Soeharto.

 

 

 

Kalangan petani menilai penghargaan negara ini sebagai langkah yang tepat dan pantas, mengingat Soeharto telah mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk memajukan sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Pemberian gelar Pahlawan Nasional ini dinilai sebagai simbol penghargaan terhadap kerja keras seorang pemimpin yang berhasil membawa kesejahteraan nyata ke tingkat akar rumput.

 

 

 

Dukungan serupa juga datang dari kalangan tokoh agama. Ketua Bidang Garapan Siyasah dan Kebijakan Publik Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP Persis), Muslim Mufti, memandang bahwa Soeharto adalah sosok pemimpin yang tidak hanya berperan dalam pembangunan ekonomi, tetapi juga seorang pejuang kemerdekaan yang turut mempertahankan kedaulatan bangsa. Ia menilai bahwa keterlibatan Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 membuktikan bahwa dedikasinya kepada negara telah dimulai jauh sebelum ia menjadi presiden.

 

 

 

Menurut Muslim, Soeharto memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan yang berpijak pada kepentingan rakyat dan semangat pengabdian. Ia melihat sosok Soeharto sebagai figur yang mampu melanjutkan semangat perjuangan nasional dari era revolusi kemerdekaan menuju era pembangunan. Dalam pandangan Persis, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto mencerminkan penghargaan terhadap kesinambungan perjuangan bangsa—bahwa pembangunan dan kemerdekaan merupakan dua sisi dari semangat yang sama untuk menegakkan kedaulatan Indonesia.

 

 

 

Muslim juga menilai bahwa penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional seharusnya menjadi momentum bagi bangsa untuk menilai sejarah secara lebih dewasa dan berimbang. Ia menilai bahwa tidak ada pemimpin yang tanpa kekurangan, namun jasa besar Soeharto dalam membangun Indonesia modern layak mendapat tempat terhormat dalam catatan sejarah bangsa.

 

 

 

Dari sisi pemerintahan, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menilai bahwa keputusan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto telah melalui proses panjang dan pertimbangan matang. Menurutnya, Soeharto adalah sosok yang memiliki kontribusi besar dalam menciptakan fondasi ekonomi nasional dan mewujudkan kemandirian pangan. Ia menilai bahwa keberhasilan Soeharto dalam mencapai swasembada pangan, menekan angka kemiskinan, dan memperluas akses pendidikan menjadi alasan kuat di balik pemberian penghargaan tersebut.

 

 

 

Gibran juga menilai bahwa penghargaan ini mencerminkan kedewasaan bangsa Indonesia dalam menghormati pemimpin terdahulu. Ia menekankan pentingnya menilai setiap masa kepemimpinan secara objektif, dengan memahami konteks dan tantangan yang berbeda di setiap era. Dalam pandangannya, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah dan belajar dari perjalanan para pemimpinnya tanpa terjebak pada penilaian hitam-putih.

 

 

 

Menurut Gibran, pemberian gelar ini juga menjadi simbol rekonsiliasi sejarah—sebuah langkah moral untuk melihat masa lalu secara utuh dan menempatkan setiap tokoh bangsa pada proporsi yang tepat. Ia menilai bahwa penghormatan terhadap Soeharto sebagai Pahlawan Nasional merupakan wujud rasa terima kasih bangsa atas jasa seorang pemimpin yang telah membawa perubahan nyata bagi rakyat.

 

 

 

Momentum penetapan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional dipandang banyak kalangan sebagai refleksi dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam meneguhkan identitas nasional dan semangat pembangunan. Peringatan Hari Pahlawan tahun ini menjadi momen penting, tidak hanya untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan, tetapi juga untuk menegaskan arti kepemimpinan yang visioner dan berdampak bagi kesejahteraan rakyat.

 

 

 

Warisan kebijakan Soeharto masih hidup dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Infrastruktur pedesaan yang dibangun pada masa pemerintahannya menjadi tulang punggung konektivitas ekonomi hingga kini. Program pendidikan dasar dan pembangunan sarana kesehatan yang dikembangkan pada era tersebut turut berperan besar dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang lebih maju.

 

 

 

Lebih dari sekadar mengenang, penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto menjadi bentuk penghargaan konkret bangsa Indonesia terhadap visi, keteguhan, dan pengabdian seorang tokoh pembangunan nasional. Di tengah dinamika zaman, jejak tangan Soeharto masih terasa dalam struktur sosial dan ekonomi bangsa—menjadi bukti bahwa pembangunan yang ia rintis telah menorehkan bab penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemajuan.

 

 

 

Dengan gelar Pahlawan Nasional yang kini resmi disematkan, bangsa Indonesia tidak hanya memberi penghormatan kepada seorang pemimpin masa lalu, tetapi juga menegaskan komitmen untuk melanjutkan semangat pembangunan yang berpihak pada rakyat sebagaimana diwariskan oleh Soeharto. (*)

 

 

 

Pengamat Politik Nasional – Forum Politik Mandala Raya

Related Stories