Arah Baru Kebijakan Prabowo : Ekonomi Desa Bangkit, Peluang Kerja Meluas
Oleh : Dodik Prasetyo
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tengah menegaskan arah baru pembangunan nasional melalui strategi yang membumi: membuka lapangan kerja seluas-luasnya dan memperkuat ekonomi desa sebagai pusat pertumbuhan. Kebijakan ini bukan sekadar respons terhadap tantangan ekonomi saat ini, tetapi juga pondasi jangka panjang untuk mewujudkan Indonesia yang lebih adil, seimbang, dan mandiri. Melalui pendekatan yang menggabungkan terobosan infrastruktur, revitalisasi pertanian, penguatan koperasi desa, serta pengembangan sumber daya manusia, pemerintah berupaya memastikan bahwa kesejahteraan dapat dirasakan hingga ke akar rumput.
Komitmen tersebut terlihat dari keberanian pemerintah menghadirkan berbagai program yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat kecil. Dari kereta khusus petani yang menekan biaya logistik, hilirisasi pertanian bernilai ratusan triliun, hingga koperasi desa sebagai simpul ekonomi baru di pelosok, semuanya menunjukkan bahwa pemerintahan saat ini memandang desa bukan sebagai wilayah tertinggal, melainkan sebagai kekuatan ekonomi yang selama ini belum diberdayakan secara maksimal.
Salah satu langkah paling simbolik adalah pengoperasian kereta khusus petani dan pedagang, yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan distribusi hasil bumi dari desa ke kota dengan cara lebih cepat, murah, dan efisien. Dalam peninjauannya, Presiden Prabowo menggarisbawahi bahwa kereta tersebut memberikan keringanan besar bagi petani, sebab mereka hanya perlu membayar biaya perjalanan pribadi, sementara barang dagangannya dapat diangkut tanpa biaya tambahan. Kebijakan sederhana namun berdampak besar ini menurunkan beban distribusi dan membantu menjaga kualitas komoditas ketika tiba di pusat-pusat perdagangan perkotaan.
Kereta yang melayani rute seperti Rangkasbitung, Serang, dan Merak ini juga memperkuat rantai logistik nasional. Dengan desain gerbong yang memungkinkan pengangkutan komoditas segar, petani dapat memastikan produk mereka tetap layak pasar. Terobosan seperti ini menunjukkan betapa pemerintah melihat distribusi sebagai simpul penting dalam peningkatan pendapatan rakyat. Ketika biaya logistik turun, keuntungan petani naik, dan efek dominonya mendorong ekonomi desa.
Di sisi lain, indikator ekonomi makro turut mengonfirmasi meningkatnya keyakinan publik terhadap peluang kerja. Survei Bank Indonesia menunjukkan bahwa Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK) pada Oktober 2025 meningkat ke posisi 102,6, menandakan optimisme setelah beberapa bulan berada di zona pesimistis. Laporan tersebut mencatat bahwa persepsi masyarakat terhadap peluang kerja membaik di seluruh kelompok pendidikan dan usia. Indeks Keyakinan Konsumen pun turut melonjak ke level 121,2, mencerminkan peningkatan rasa percaya masyarakat terhadap kondisi ekonomi.
Langkah pemerintah tidak berhenti pada perbaikan transportasi rakyat. Di sektor pangan dan pedesaan, kebijakan yang lebih struktural turut diluncurkan. Program hilirisasi pertanian senilai Rp371 triliun yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, merupakan tonggak besar dalam memodernisasi komoditas nasional. Ia menjelaskan bahwa investasi tersebut diproyeksikan mampu menciptakan hingga delapan juta lapangan kerja, dengan tiga juta kesempatan baru pada tahap awal pelaksanaan. Program ini bukan hanya meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga menyiapkan jutaan warga desa untuk terlibat dalam industri pengolahan pangan, peternakan, dan perkebunan.
Pada saat yang sama, pemerintah mempercepat pembentukan Koperasi Desa Merah Putih, instrumen penguatan ekonomi desa yang dikembangkan secara terstruktur. Berdasarkan data terbaru, lebih dari 15.000 koperasi telah beroperasi hingga Oktober 2025, dan pemerintah menargetkan 80.000 unit berdiri pada akhir tahun depan. Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menilai bahwa koperasi desa berfungsi sebagai pusat distribusi, akses permodalan, dan pelatihan usaha sehingga mendorong masyarakat desa memiliki kendali terhadap perekonomian mereka sendiri.
Presiden Prabowo memandang koperasi desa sebagai fondasi pemerataan ekonomi dan kemandirian nasional. Dalam berbagai kesempatan, beliau menegaskan bahwa pembangunan harus dimulai dari bawah—dari desa yang kuat dan masyarakat yang mandiri. Dengan koperasi sebagai simpul ekonomi, desa tidak lagi menjadi objek pembangunan, melainkan motor pertumbuhan.
Selain itu, transformasi ekonomi desa juga ditopang oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai memberikan dampak berlipat. Sekretaris Komisi V DPRD Banten Rifky Hermiansyah menjelaskan bahwa MBG tidak hanya menyehatkan siswa, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui pelibatan petani, UMKM kuliner, hingga nelayan. Perputaran ekonomi yang terjadi di tingkat desa membuktikan bahwa kebijakan sosial dapat menjadi penggerak ekonomi apabila dirancang secara inklusif.
Seluruh rangkaian kebijakan ini menunjukkan arah yang konsisten: pemerintahan Prabowo tengah menanam investasi besar di desa dan membuka lapangan kerja yang berkelanjutan. Melalui hilirisasi, logistik rakyat, koperasi desa, dan program sosial berbasis ekonomi, pemerintah membangun struktur ekonomi baru yang lebih merata dan lebih kuat dari sebelumnya.
Dalam konteks pembangunan nasional, langkah-langkah ini adalah upaya sistematis untuk memastikan bahwa daya saing bangsa dibangun dari fondasi yang kokoh: rakyat yang bekerja, desa yang berdaya, dan ekonomi yang tumbuh dari bawah. Pemerataan bukan lagi jargon, melainkan proses nyata yang tengah berlangsung di lapangan. Dengan arah kebijakan seperti ini, Indonesia bergerak menuju masa depan ekonomi yang lebih inklusif, berkeadilan, dan berketahanan.
)* Penulis adalah Kontributor Pertiwi Institute


