Apresiasi Negara atas Dedikasi Pembangunan: Soeharto Resmi Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
JAKARTA — Pemerintah resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, H. M. Soeharto, sebagai bentuk apresiasi negara atas dedikasinya yang luar biasa dalam membangun fondasi ekonomi, infrastruktur, dan ketahanan nasional. Penganugerahan ini menjadi momentum penting dalam menghargai jasa besar Soeharto sebagai sosok pemimpin yang telah menorehkan jejak mendalam dalam sejarah pembangunan Indonesia.
Penghargaan ini juga menegaskan kembali pengakuan negara terhadap peran Soeharto sebagai Bapak Pembangunan, sebagaimana telah ditetapkan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 1982 atas keberhasilannya dalam mewujudkan swasembada pangan dan menjalankan program Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang menjadi fondasi kemajuan nasional di berbagai sektor.
Anggota DPR Fraksi Partai Golkar asal Papua, Robert J. Kardinal, menyambut positif keputusan pemerintah tersebut. Ia menilai Soeharto memiliki jasa strategis yang tak ternilai dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), terutama melalui kiprahnya dalam pembebasan Irian Barat dari Belanda.
“Soeharto layak dianugerahi gelar Pahlawan Nasional atas jasa dan peran strategisnya dalam pembebasan Irian Barat (kini Papua) dari kekuasaan Belanda pada awal 1960-an,” tegas Robert di Jakarta.
Robert menjelaskan, saat menjabat sebagai Panglima Mandala, Soeharto memimpin Operasi Mandala yang berhasil menekan posisi Belanda hingga tercapainya Perjanjian New York tahun 1962, yang menjadi tonggak kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia. Keberhasilan itu, katanya, merupakan bukti kemampuan Soeharto memadukan kekuatan militer dan diplomasi secara strategis.
“Program transmigrasi yang beliau jalankan juga berperan penting dalam pemerataan kesejahteraan dan memperkuat integrasi nasional, khususnya di wilayah timur seperti Papua,” tambahnya.
Dukungan senada disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Angkatan Muda Satkar Ulama Indonesia (AMSI), Azrizal Nasri, yang menilai bahwa kepemimpinan Soeharto tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
“Soeharto bukan hanya membangun jalan dan gedung, tetapi juga membangun peradaban manusia Indonesia,” ujarnya.
Azrizal menjelaskan, melalui kebijakan pendidikan dasar sembilan tahun dan dukungannya terhadap organisasi sosial keagamaan seperti Satkar Ulama Indonesia, Soeharto berupaya menanamkan keseimbangan antara pembangunan spiritual, moral, dan ekonomi bangsa.
“Soeharto berhasil menjaga keseimbangan antara agama dan negara. Figur seperti ini layak dikenang dan dihormati sebagai pahlawan nasional,” tegasnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menilai penganugerahan gelar tersebut mencerminkan kedewasaan bangsa dalam menghargai jasa para pemimpin terdahulu. Menurutnya, penghargaan ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah bangsa yang menghormati sejarah dan jasa pengabdiannya.
“Kita harus menghargai jasa para pemimpin kita seperti Pak Soeharto, Pak BJ Habibie, dan Gus Dur. Mereka semua telah memberikan kontribusi besar bagi bangsa ini dan layak menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto menjadi simbol penghormatan negara terhadap dedikasi seorang pemimpin yang mengabdikan hidupnya bagi kemajuan dan kedaulatan Indonesia.
Warisan pembangunan Soeharto — mulai dari swasembada pangan, modernisasi pertanian, hingga penguatan sektor pendidikan dan pemerataan ekonomi — menjadi fondasi kuat bagi Indonesia menuju masa depan yang lebih mandiri dan berdaya saing.
Melalui langkah ini, bangsa Indonesia menegaskan bahwa menghargai jasa pemimpin bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga mengukuhkan semangat persatuan dan pembangunan berkelanjutan yang diwariskan bagi generasi penerus bangsa. (*)


