Danantara Jadi Motor Penggerak Investasi Strategis BUMN
Jakarta – Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara mempercepat transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui kolaborasi strat-egis, baik di tingkat nasional maupun global.
Managing Director BPI Danantara, Setyanto Hantoro, menyebut transformasi BUMN berlangsung dalam empat tahap utama.
“Tahap pertama adalah fundamental business review, atau peninjauan mendalam atas pondasi bisnis. Kami sedang meninjau lebih dari 900 entitas satu per satu secara me-nyeluruh,” ujarnya.
Ia menambahkan, tahap kedua meliputi restrukturisasi dan penyederhanaan karena banyak BUMN mengalami tumpang tindih peran dan persaingan internal.
“Restrukturisasi menjadi keharusan untuk menghindari duplikasi fungsi,” jelasnya.
Tahap ketiga adalah konsolidasi bisnis. Danantara menargetkan pembentukan entitas besar yang lebih efisien secara operasional dan kuat secara finansial. Tahap terakhir adalah inovasi dan eksekusi, untuk membuka nilai tambah bagi negara, investor, dan rakyat.
“Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 memberi kami ruang lebih luas untuk mengelola dividen, menyalurkan modal secara strategis, dan menyatukan arah BUMN,” tambah Setyanto.
Dalam konteks global, Danantara telah bermitra dengan berbagai sovereign wealth fund (SWF), termasuk Qatar Investment Authority (QIA), Future Fund Australia, dan China In-vestment Corporation (CIC), guna mempercepat restrukturisasi aset sesuai standar in-ternasional.
Managing Director Global Relations and Governance Danantara, Mohamad Al-Arief, menyampaikan bahwa Danantara menargetkan pendanaan investasi sebesar $5 miliar hingga akhir 2025.
“Selain pendanaan awal senilai $20 miliar, kami juga membidik dividen tahunan hingga $8 miliar dari portofolio BUMN,” katanya.
Al-Arief menegaskan bahwa kemitraan Danantara bukan sekadar transaksi, melainkan transformasi tata kelola berbasis praktik global.
“Kami bermitra langsung dengan pengelola aset kelas dunia untuk memperkuat institusi secara jangka panjang,” ucapnya.
Kolaborasi pertama dengan QIA dimulai April lalu dengan dana senilai US\$4 miliar, difokuskan pada hilirisasi, energi terbarukan, dan layanan kesehatan.
Pada Mei, Danantara menjalin kerja sama dengan Future Fund Australia, dan disusul CIC pada akhir bulan yang sama dalam proyek ASEAN-Tiongkok.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Patra Sjahrir, menambahkan bahwa Danantara mengelola operasional 889 BUMN.
“Dividen dari BUMN akan kami investasikan ulang, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Pandu.
Ia juga menyebut tantangan terbesar Danantara adalah sumber daya manusia.
“Kami rekrut talenta global melalui headhunter demi mewujudkan visi Presiden Prabowo untuk menciptakan dampak dan warisan jangka panjang,” tegasnya.