Danantara Jadi Simbol Era Baru Kemandirian Fiskal Indonesia
Oleh : Fahri Syahreza
Kehadiran Daya Anagata Nusantara (Danantara) merupakan tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian fiskal. Selama ini, BUMN kerap dikaitkan dengan stigma negatif sebagai beban fiskal, namun kehadiran Danantara menghadirkan narasi berbeda. Lembaga ini dirancang untuk menjadi motor pertumbuhan, penggerak inovasi, sekaligus penopang kesejahteraan nasional. Dengan kapasitas kelembagaan yang terus teruji, Danantara kini menjelma sebagai simbol era baru pengelolaan fiskal yang lebih modern, transparan, dan berdaya saing.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menegaskan bahwa dalam enam bulan pertama operasionalnya, Danantara berhasil menorehkan capaian yang sangat penting. Salah satu pencapaian terbesar adalah keberhasilan memperoleh pendanaan sebesar 10 miliar dolar AS atau setara Rp163,18 triliun dari konsorsium 12 bank asing. Fakta ini tidak hanya mencerminkan kredibilitas Indonesia di mata dunia, tetapi juga memperlihatkan bahwa lembaga investasi nasional mampu menumbuhkan kepercayaan internasional. Dalam situasi geopolitik global yang penuh ketidakpastian, langkah tersebut tergolong prestasi langka bagi institusi baru. Keberhasilan ini sekaligus membuka ruang fiskal baru untuk mendukung transformasi ekonomi nasional yang lebih berkelanjutan.
Dony juga menjelaskan bahwa mengelola dana sebesar triliunan rupiah bukan hanya soal kemampuan manajerial semata. Lebih dari itu, diperlukan integritas, konsistensi, dan tata kelola yang kuat agar tujuan jangka panjang tetap terjaga. Tantangan berat pasti ada, terlebih dalam dinamika politik nasional yang sering kali memengaruhi arah kebijakan ekonomi. Namun, enam bulan pertama ini telah menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia mampu membangun institusi investasi yang kredibel. Jika sebelumnya masyarakat memandang BUMN sebagai lubang hitam anggaran negara, kini Danantara hadir sebagai entitas yang membawa harapan baru.
Penting dicatat, kepercayaan internasional terhadap Danantara juga menunjukkan bahwa Indonesia tidak lagi semata-mata bergantung pada pembiayaan tradisional. Dengan membuka pintu investasi melalui instrumen yang inovatif, Indonesia mampu memperluas ruang fiskalnya. Hal ini akan memberi ruang gerak lebih besar bagi pemerintah untuk membiayai pembangunan strategis tanpa harus selalu mengandalkan utang luar negeri konvensional. Keberhasilan Danantara mendapatkan dukungan finansial global pada usia yang masih sangat muda menjadi bukti konkret bahwa bangsa ini bisa membangun lembaga investasi berkelas dunia.
Sementara itu, Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir, menyampaikan bahwa strategi investasi yang dilakukan lembaganya bersifat langsung (direct investment) dan menyentuh pasar nyata. Dengan demikian, setiap investasi yang dikelola tidak hanya memberikan keuntungan finansial jangka pendek, tetapi juga dampak besar terhadap pembangunan nasional. Pola ini berbeda dari pendekatan tradisional yang cenderung fokus pada return jangka pendek. Pandu menegaskan bahwa keberadaan Danantara harus dimaknai sebagai bagian dari misi besar Indonesia dalam membangun ekosistem ekonomi yang berorientasi jangka panjang.
Pendekatan investasi langsung ini penting karena memastikan dana yang dikelola benar-benar menyentuh sektor-sektor vital. Dengan langkah tersebut, Danantara dapat mendukung pembangunan infrastruktur, energi, pendidikan, hingga pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Efek berantai dari strategi ini tentu akan memperkuat struktur ekonomi nasional. Selain itu, strategi direct investment juga menciptakan peluang kerja, mendorong transfer teknologi, dan memperluas basis industri domestik. Inilah yang membuat Danantara memiliki posisi strategis dalam upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.
Langkah besar lainnya yang tengah disiapkan Danantara adalah penerbitan Patriot Bond senilai Rp50 triliun dengan kupon sebesar 2% per tahun. Instrumen ini ditujukan kepada kalangan investor domestik, khususnya konglomerat atau kelompok usaha besar di Indonesia. Patriot Bond bukan sekadar instrumen keuangan, tetapi juga representasi dari semangat gotong royong dalam membiayai pembangunan nasional. Dengan tingkat kupon yang rendah, cost of fund yang ditanggung Danantara menjadi lebih efisien. Hal ini akan memperkuat kapasitas Danantara untuk mengelola berbagai proyek strategis dengan risiko finansial yang terukur.
Senada, Chief Economist Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail, menilai penerbitan Patriot Bond ini akan menjadi kunci dalam mengakselerasi sejumlah proyek vital, terutama di sektor energi terbarukan. Ia menyebutkan bahwa proyek energi hijau membutuhkan teknologi canggih dan biaya investasi yang besar. Dengan adanya Patriot Bond, Danantara dapat mengalokasikan dana secara optimal ke sektor tersebut tanpa terbebani biaya modal yang tinggi. Mikail menekankan bahwa keberhasilan Patriot Bond tidak terletak pada kupon yang ditawarkan, melainkan pada besaran emisi obligasi itu sendiri. Dengan demikian, semakin besar dana yang berhasil dihimpun, semakin besar pula dampak pembangunan yang bisa diwujudkan.
Dari perspektif makroekonomi, Patriot Bond akan memperkuat ketahanan fiskal nasional. Keterlibatan investor domestik dalam membiayai pembangunan strategis akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap utang luar negeri. Di sisi lain, hal ini juga menunjukkan bahwa kelompok usaha besar dalam negeri memiliki peran penting dalam memperkokoh fondasi ekonomi bangsa. Patriot Bond bukan hanya instrumen keuangan, tetapi juga manifestasi nyata dari nasionalisme ekonomi yang berbasis pada kolaborasi antara negara dan pelaku usaha.
Kehadiran Danantara dengan berbagai terobosannya mencerminkan komitmen pemerintah dalam membangun fondasi ekonomi yang kuat, mandiri, dan berdaya saing. Dalam konteks kemandirian fiskal, Danantara memainkan peran ganda: sebagai instrumen inovatif dalam menghimpun dana dan sebagai katalis pembangunan nasional. Dengan strategi yang matang, dukungan regulasi yang kuat, serta integritas dalam tata kelola, Danantara berpotensi menjadi model lembaga investasi yang diperhitungkan tidak hanya di kawasan, tetapi juga di kancah global.
)* Penulis merupakan Kontributor Yayasan Lentera Gemilang.