Danantara Terus Lakukan Langkah Strategis Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Oleh: Citra Kurnia Khudori
Danantara terus menunjukkan langkah strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi besar di berbagai sektor prioritas. Dalam kuartal pertama operasionalnya, PT Danantara Investment Management (Persero) telah mengalokasikan komitmen investasi senilai Rp165,83 triliun atau sekitar USD 10 miliar.
Keputusan tersebut menandai langkah nyata Danantara dalam memperkuat perekonomian nasional melalui fokus pendanaan pada proyek-proyek strategis di dalam negeri sekaligus mendorong likuiditas pasar moda Indonesia.
Chief Investment Officer Danantara, Pandu Sjahrir, menjelaskan bahwa 80% dari total dana investasi tersebut difokuskan untuk proyek domestik, sementara 20 % lainnya diarahkan ke proyek luar negeri yang memiliki keterkaitan kepentingan ekonomi dengan Indonesia. Strategi ini memastikan manfaat investasi dapat dirasakan langsung oleh perekonomian nasional.
Dalam tiga bulan pertama sejak berdiri, Danantara sudah harus menyalurkan investasi hampir USD 10 miliar ke berbagai proyek strategis. Bulan Oktober ini pertama kalinya Danantara menyalurkan modal.
Danantara juga telah mengidentifikasi sekitar 20 proyek strategis nasional sebagai prioritas investasi awal. Fokus utama diarahkan pada sektor energi terbarukan, infrastruktur digital, ketahanan pangan, jasa keuangan, kesehatan, dan properti.
Sektor-sektor tersebut dipilih karena memiliki dampak langsung terhadap produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Investasi di bidang tersebut diyakini mampu memperkuat daya saing ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Dengan kata lain, selain fokus menyalurkan dana, Danantara juga memastikan proyek yang dibiayai memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Beberapa proyek prioritas meliputi pembangunan desa haji di Arab Saudi, kerja sama energi hulu dengan Pertamina, dan proyek waste to energy atau pengolahan sampah menjadi energi (PSEL) yang mengubah sampah menjadi tenaga listrik.
Untuk proyek PSEL, Danantara menargetkan peluncuran 33 proyek di berbagai kabupaten dan kota di Indonesia. Delapan di antaranya ditargetkan mulai beroperasi pada akhir Oktober 2025 sebagai langkah awal mewujudkan energi ramah lingkungan.
Danantara tidak hanya berperan sebagai pengelola modal, tetapi juga mitra pembangunan. Danantara memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam setiap proyek, sehingga manfaatnya tidak hanya ekonomi tetapi juga keberlanjutan masyarakat.
Pandu menambahkan, selain memperkuat investasi domestik, Danantara juga membuka peluang kolaborasi dengan sektor swasta dan BUMD melalui mekanisme tender terbuka. Pendekatan ini diambil agar proyek dapat berjalan secara profesional, transparan, dan kompetitif.
Untuk diketahui, setiap proyek PSEL berkapasitas 1.000 ton per hari membutuhkan dana Rp2 hingga Rp3 triliun. Total kebutuhan investasi diperkirakan mencapai Rp66 hingga Rp99 triliun untuk keseluruhan program nasional.
Selain fokus pada proyek riil, Danantara juga berkomitmen memperkuat likuiditas pasar modal Indonesia. Pandu menilai bahwa aktivitas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia masih perlu ditingkatkan agar setara dengan negara-negara berkembang lain seperti India.
Danantara akan berperan sebagai liquidity provider di pasar saham domestik untuk menjaga kestabilan dan meningkatkan kepercayaan investor. Langkah ini disambut positif oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menilai keterlibatan Danantara akan memperkuat fondasi pasar modal nasional.
Associate Director BUMN Research Group FEB UI, Toto Pranoto mengungkapkan, pasar modal yang kuat menjadi kunci mengalirnya investasi baru ke sektor riil. Dengan demikian, perusahaan nasional dapat lebih mudah memperoleh pendanaan untuk ekspansi usaha dan menciptakan lapangan kerja baru.
Ia menilai investasi jumbo Danantara sebagai katalis penguatan ekonomi nasional. Mandat besar ini dianggap sejalan dengan visi pemerintah agar Danantara berkontribusi nyata terhadap perekonomian dan menopang APBN.
Namun demikian, lanjut Toto, pelaksanaan strategi bisnis tersebut harus dibarengi dengan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governanve (GCG). Poin pentingnya semua rencana bisnis dilakukan dengan persiapan matang dan menerapkan CGG optimal untuk meningkatkan kepercayaan publik.
Menurutnya, apabila Danantara mampu mengusulkan proyek-proyek investasi baru yang tidak hanya padat modal tetapi juga padat karya, dampaknya dinilai akan semakin besar terhadap perekonomian nasional, salah satu contohnya dengan masuknya investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI).
Sejauh ini, peran Danantara mirip dengan sovereign wealth fund di negara maju, seperti Temasek dan GIC di Singapura. Kedua lembaga itu berkontribusi hingga 20% terhadap belanja pemerintah pusat melalui imbal hasil investasi yang dikelola secara efisien.
Jika dikelola dengan baik, Danantara dapat mengambil peran serupa dalam menciptakan sumber pendanaan alternatif di luar APBN. Dana investasi tersebut akan menjadi tambahan modal untuk mempercepat pembangunan nasional tanpa membebani anggaran negara.
Langkah-langkah besar Danantara tentu menghadapi tantangan, baik dari sisi tata kelola maupun dinamika ekonomi global. Namun, arah kebijakan dan strategi yang diambil menunjukkan keseriusan perusahaan untuk menjadi motor transformasi ekonomi nasional.
Dengan strategi investasi yang terukur, Danantara berpotensi menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi Indonesia. Komitmen terhadap keberlanjutan dan inklusivitas menjadi nilai tambah dalam setiap langkah yang diambil oleh Danantara.
)* Penulis merupakan Pemerhati Isu Sosial-Ekonomi