FAMMI Gelar Diskusi Pemilu 2024 & Pemulihan Kembali Demokrasi Kita

-

Peluang Pilpres 2024 akan berlangsung satu putaran telah dirilis sejumlah lembaga survei. Namun begitu, Konsultan Politik dari PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah mengatakan pilpres 2024 kemungkinan berlangsung dua putaran.

Hal tersebut diungkapkan Eep, di acara Silaturahmi & Diskusi Forum Akselerasi Masyarakat Madani Indonesia (FAMMI) bertajuk ‘Pemilu 2024 & Pemulihan Kembali Demokrasi Kita’ yang digelar di Masjid Al Mukarromah Koja, Jakarta Utara, Sabtu (9/12/2023). Pernyataan itu disampaikan Eep berdasarkan hasil survei yang dilakukan pihaknya.

“Saya tidak akan membeberkan hasil survei yang dilakukan. Sebab harus saya sampaikan ke klien saya dulu. Namun yang terjadi Prabowo-Gibran mengalami kenaikan. Ganjar-Mahfud mengalami penurunan, Anies naik tapi tidak signifikan, tidak drastis,” ujarnya.

“Saya duga, karena ada responden yang belum punya pilihan atau undecided voters, masih rahasia 43 persen pemilih, maka yang bisa saya proyeksikan sementara adalah kemungkinan dua putaran,” imbuhnya.

Adapun pasangan capres cawapres Prabowo-Gibran unggul dalam survei.

“Yang unggul nomor dua masih 50:50. Ganjar atau Anies,” jelas Eep.

Dalam kesempatan diskusi tersebut, Eep mengatakan demokrasi saat ini tengah terancam. Dia juga membeberkan panjang lebar pengalamannya yang pernah menjadi konsultan politik.

Sementara itu, pengamat sospol Bambang Harymurti mengatakan survei ataupun jejak pendapat dilakukan saat itu. Dan bukan potret masa depan.

“Tapi yang jelas Prabowo unggul. Masuk keputaran ke dua dalam jejak pendapat entah itu Anies dan Ganjar 50:50 kata survei. Itu karena 80 persen suka Jokowi. Nah Ganjar keluar dari koalisi. Sebagai pengamat saya lebih melihat ketidaksukaan. Karena kalau sekarang suka, besok bisa saja tidak suka. Kalau tidak suka sulit dirubah. Namun Prabowo ada orang yang tidak suka dia, sekarang malah bergabung. Anies yang tidak suka Ahoker. Kalau Ganjar negatif rate-nya rendah. Namun memang susah sekarang kalau tidak merubah strategi,” ujar wartawan senior Tempo tersebut.

“Tapi bukan tidak mungkin satu putaran, internal mereka sudah bilang 43, Persen. Nah yang main biasa aja, seperti main golf, sudahlah yang penting masuk putaran 2,” imbuh Bambang.

Ia menambahkan, kalau menjadi pendukung Capres Cawapres, Bambang ingin hasil survei ini diumumkan.

“Karena orang biasanya pilih yang menang. Sudah 43 persen Prabowo (unggul) yah sudahlah pilih Prabowo,” ujar Bambang.

Namun Bambang mengatakan, hasil survei itu kan ada yang disembunyikan. Ada sepertiga responden belum tentukan pilihan atau undecided voters,

“Jadi menurut saya ini masih sama peluangnya. Kemungkinan dua putaran. Kalau main serang itu justru merugikan. Polarisasi justru menurut saya ada di kalangan elit. Akar rumput tidak.
Positifnya pemilu lebih adem, negatifnya lebih bingung (pilih siapa). Menurut saya siapa sih yang memilih itu memeriksa teliti. Biasanya disini kan pemilih emosional Seperti kita beli mobil, yang banyak digunakan atau dipilih yang mana,” pungkasnya.

Sementara itu, Mantan Ketua Panwaslu DKI Jakarta Ramdansyah mengatakan
undecided voters akan tunggu debat capres cawapres untuk menentukan pilihan. Saat ini sikap mereka wait and see.

“Pemilu kali ini saya harap jangan pragmatis dan curang banget. Pemilu harus jujur dan adil,” jelas Ramdansyah yang menjadi tuan Rumah selaku Ketua Umum Yayasan Masjid Al Mukarromah.

Sebelumnya saat dialog di Radio Elshinta beberapa waktu lalu, Ramdansyah mengatakan bicara debat capres cawapres maka kita harus melihat timeline.

Ada tiga timeline yakni pra debat, saat debat dan pasca debat. Ketika pra debat pak Anies dan Ganjar dianggap sebagai punya potensi dan kapasitas, lalu Gibran tidak diperhitungkan.

“Tetapi ketika saat debat berlangsung, pak Anies dianggap tidak sesuai ekspektasi publik, maka undecided voter tidak akan memilih mereka. Gibran yang misalkan tidak diperhitungkan pra debat, tetapi saat debat dia berbeda dan melebihi ekspektasi publik justru undecided voters akan bergeser dan akan memilih Gibran,” Ramdansyah memberikan argumen penjelasan.

Hal tersebut jelas Ramdansyah adalah strategi dari tim marketing pasangan calonnya tersebut untuk kemudian menggiring pemilih baru.

“Jadi menurut saya terkait debat yang mau ditampilkan itu adalah dua hal. Pertama, soal karakter. Kedua, soal wacana dan juga struktur orang bicara,” ujarnya.

“Tetapi pasca debat, media maupun buzzer akan bermain. Dan media memiliki kekuatan jaringan untuk memframing setiap isu. Pada saat debat pasangan Capres dan Cawapres bermain play victim dizolimi pada saat debat, tapi pasca debat akan digoreng untuk menarik popularitasnya menjadi elektabilitas,” beber Ramdansyah yang juga pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related Stories