Gerakan Nasional Siaga TBC, Langkah Strategis Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis 2030
JAKARTA – Pemerintah menunjukkan komitmen tinggi dalam mengatasi masalah Tuberkulosis (TBC) melalui peluncuran Gerakan Nasional Siaga TBC, yang berfokus pada penguatan peran desa dan kelurahan dalam pencegahan serta penanggulangan penyakit menular ini. Langkah ini sejalan dengan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) pemerintahan Prabowo Subianto dan ditujukan sebagai upaya percepatan eliminasi TBC sebelum tahun 2030.
Gerakan ini tidak hanya menjadi simbol keseriusan pemerintah, tetapi juga mendorong sinergi lintas sektor untuk membentuk sistem kewaspadaan dini di tingkat komunitas. Peluncuran resmi dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada 9 Mei 2025 di Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur, dan disiarkan secara luas melalui televisi nasional dan kanal digital.
Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hariqo Wibawa Satria, menyatakan bahwa gerakan ini merupakan bagian dari upaya sistematis pemerintah untuk melindungi masyarakat dari ancaman penyakit mematikan.
“Melalui Gerakan Bersama Desa dan Kelurahan Siaga TBC, kolaborasi multipihak diharapkan mampu mempercepat deteksi dini, meningkatkan akses pengobatan, serta menghapus stigma terhadap penderita,” ujar Hariqo Wibawa Satria.
Upaya ini mencerminkan semangat gotong royong dalam menghadapi tantangan kesehatan yang masih menempati peringkat kedua tertinggi di dunia, setelah India. Setiap tahun, lebih dari 125 ribu jiwa di Indonesia kehilangan nyawa akibat TBC. Pemerintah menargetkan deteksi 90 persen kasus TBC dan tingkat keberhasilan pengobatan di atas 80 persen pada tahun 2025.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Ribka Haluk, menggarisbawahi pentingnya keterlibatan pemerintah daerah untuk mendukung gerakan ini secara maksimal.
“Pemda harus segera mengakomodasi gerakan ini, baik dalam perencanaan maupun alokasi anggaran. Penanganan TBC sudah memiliki payung hukum jelas melalui Perpres Nomor 67 Tahun 2021,” tegas Ribka Haluk.
Ia juga memberikan apresiasi terhadap daerah yang sudah responsif, termasuk Kelurahan Rambutan, sebagai contoh konkret praktik baik dalam penanganan TBC di tingkat lokal.
Melalui strategi berbasis wilayah seperti investigasi kontak, eliminasi stigma, serta peningkatan layanan dan transportasi kesehatan, Gerakan Nasional Siaga TBC diyakini menjadi jalan terang menuju Indonesia yang bebas TBC. Kombinasi antara keberanian kebijakan dan partisipasi publik menjadi modal kuat untuk mewujudkan visi kesehatan nasional yang inklusif dan berkelanjutan