JAKARTA – Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, banyak warga yang beri’tikaf di masjid. Misalnya seperti di Masjid Al Mukarromah Koja, Jakarta Utara. Itikaf dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mendapatkan Lailatul Qadar.
Ketua Umum Yayasan Mesjid Jami’ Al Mukarromah Koja, Ramdansyah mengatakan, masjid Al Mukarromah mempunyai luas masjid 3.000 meter persegi. ada tiga lantai. Kalau Jumatan bisa sampai tiga ribu jamaahnya.
“Jadi sekarang ini mereka sedang melakukan itikaf di masjid kami. Kemarin yang terdaftar 71 orang dan mudah-mudahan akan sampai lebih dari 100 yang akan menginap di masjid kami,” ujar Ramdansyah, di acara dialog interaktif, Radio Elshinta, Minggu pagi (23/3/2025).
“Karena masjid kami cukup besar, ada tiga lantai, 71 orang ini tidak harus menyiapkan tenda. Kita punya ruang-ruang juga, punya tempat yang cukup luas dan kemudian malam mendengarkan hikmah, kemudian melakukan shalat malam,” imbuh Ramdansyah yang pernah menjadi Ketua Panwaslu Provinsi DKI.
Lebih lanjut Ramdansyah mengatakan, kalau di Masjid Al Mukarromah itu awal Ramadhan pembagian takjil kurang begitu ramai. Awalnya cuma 200 penerima manafaat kemudian meningkat menjadi 250. Setelah itu meningkat menjadi 300. Sekarang ini sudah diangka 350.
“Tetapi akhirnya peserta yang datang itu bahkan mencapai 400 bahkan sampai 500 an. Kita hentikan diangka 350. Kenapa? karena mereka punya kemampuan untuk beli makanan di pinggir jalan, di warung-warung segala macam sampai bikin kemacetan. Tetapi kemudian ada juga jemaah yang kehabisan dana. Di tengah-tengah bulan sudah tidak ada dana, sudah nggak punya duit kira-kira gitulah. Mereka ikut makan takjil ditempat kami dan jumlahnya juga cukup banyak melebihi dari 350 orang,” jelas Ramdansyah.
“Kegiatan itu di backup setiap hari oleh dua pemberi takjil, dua donatur. Tapi kalau memang kurang, kami dari pihak masjid juga menambahkan. Kurang lebih total itu kira-kira di 5 sampai 6 juta rupiah. Kemudian tambahannya tergantung, kalau ada yang nyumbang 2 juta maka kami tambahkan sekitar 3-4 juta. Nah ini rutin ini kami lakukan. Karena ini bulan Ramadhan biasanya jamaah atau warga itu kerap menyumbang ke masjid, karena bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan penuh rahmat, berkah, dan ampunan. Mereka lalu memberikan dana yang diamanahkan kepada kami untuk kami untuk disampaikan kepada para kaum fakir miskin,” imbuhnya
Ramdansyah menjelaskan, pihaknya tidak hanya memberikan takjil di Masjid, tetapii juga ada pekan diskusi Ramadhan. Diawali dengan kirab atau pawai anak-anak di Masjid.
“Artinya masjid itu tempat untuk dialog dan diskusi disamping pemberian makanan takzil. Artinya saya mau bilang masjid bukan hanya untuk beribadah. Tapi juga untuk berbagi ilmu pengetahuan,” ujar Ramdansyah.
Ditanya apakah ada tanggung jawab sosial dari perusahaan sekitar dalam membantu kegiatan masjid. Ia tidak menafikan perusahaan seperti Bogasari, JICT, Pelni atau Pelindo yang pernah membantu masjid Al Mukarromah dalam melayani jemaahnya. Ramdansyah mengeluhkan keberadaan perusahaan BUMN yang ada di ring nol di Kelurahan Lagoa yang memiliki kilang-kilang yang tidak merespon kegiatan-kegiatan yang ada di masjidnya. “Kami mengharapkan adanya edukasi tentang tanggap bencana kebakaran, karena kami berada di ring nol perusahaan tersebut, tetapi sejauh ini tidak pernah di respon” sesalnya.
Pengurus Masjid akhirnya mengundang Noer Azhari Sekjen Wahana Muda Indonesia (WMI). WMI adalah komunitas peduli kebencanaan yang mengajak remaja dan jamaah masjid untuk menjadi relawan kebencanaan. Bahkan Masjid bersedia memfasilitasi pelatihan tanggap bencana dengan WMI di arena Masjid yang masih terlihat cukup luas untuk dijadikan tempat pelatihan.
Ramdansyah menambahkan bahwa selain edukasi kepada masyarakat tentang perusahaan, juga diperlukan sebuah penilaian cepat atau rapid assessment terhadap kejadian bencana. Ia mencontohkan seperti kebakaran Depo Pertamina Plumpang Jakarta pada Jumat 3 Maret 2023 malam itu. Ia mengungkapkan bahwa kebakaran seperti itu bukanlah peristiwa pertama di Plumpang. Ia menambahkan bahwa pada hari Minggu, 18 Januari 2009 kejadian serupa juga pernah terjadi di Depo Plumpang.
“Kalau masyarakat tidak diberikan edukasi terkait tanggap bencana, maka dikhawatirkan masyarakat akan menjadi korban ketika terjadi kebakaran. Apalagi sejumlah kilang tidak hanya ada di Plumpang, tetapi juga di Lagoa dimana masjid kami berada. Tidak adanya edukasi dengan di wilayah ring nol, berpotensi menyebabkan dampak yang lebih luas” ujar Ramdansyah yang memiliki latar belakang penelitian.
Masjid Al Mukarromah menyelenggarakan kegiatan Pekan Ramadhan dimulai pada tanggal 5 Maret 2025. Pembukaan kegiatan dihadiri oleh Hery Susanto Komisioner Ombudsman RI. Walikota Jakarta Utara Ali Maulana Hakim diwakili oleh Muhammad Andri selaku Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat.
M. Ichwan Ridwan atau kerap dipanggil Bang Boim selaku Komisaris BUMD di Jakarta Experience Board turut menjadi narasumber. Bang Boim yang juga ketua Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta Raya (MW Kahmi Jaya) memberikan kemudahan kepada peserta Pekan Ramadhan Masjid Al Mukarromah apabila mereka membutuhkan rekomendasi magang (PKL) di sejumlah perusahaan dalam pengawasan Bang Boim, maka dapat meminta rekomendasi kepada pihak masjid untuk diteruskan kepada institusinya.
Kapolsek Koja Kompol Andry Suharto menjadi narasumber Pekan Pesantren Ramadhan yang kelima. Pada Senin (10/03/2025) Komisioner Bawaslu Provinsi DKI Jakarta Sakhroji menjadi narasumber tentang kepemimpinan amanah di ruang VIP Aula Masjid Al Mukarromah Koja.
“Intinya adalah masjid tempat pembelajaran, tidak hanya kemudian ceramah keagamaan saja. Misalkan yang rutin kami lakukan pada jelang tarawih, atau subuh dimana ada taklim subuh,” jelas Ramdansyah.
“Kami juga melakukan tadi yang kami sebutkan, dialog. Contoh Hery Susanto Komisioner Ombudsman RI, jadi ada yang namanya Ngaji Layanan Publik. Masjid menjadi kepanjang tanganan Ombudsman. Misalkan terkait bagaimana mengawasi pelayanan publik seperti itu. Ini kita lakukan. Tapi juga masjid kita dorong, ini anak-anak sekolah yah. Untuk mencegah tawuran. Kita bikin diskusi dengan Kapolsek, dengan Kapolres Jakarta Utara Kombes Pol Ahmad Fuady. Itu dialog mereka bikin waktu 60 menit maksimum. Tentang bahaya tawuran,” imbuhnya.
“Saat banjir di Bekasi, Karawang dan Jakarta Selatan, kita hadirkan bahwa masjid juga bisa menjadi tempat untuk relawan-relawan. Ini menarik menurut saya, karena sumber daya masjid cukup banyak yah Jamaahnya..Ini kemudian harus disalurkan, ada anak-anak muda yang menyukai tantangan. Dari pada mereka ikut tawuran, lebih baik diarahkan untuk ikut relawan tanggap bencana. Relawan kongkrit bisa ikut untuk membantu masyarakat yang terkena bencana,” ujar Ramdansyah.
Fungsi masjid kaitannya dengan hubungan horizontal masyarakat?
“Saya setuju adanya spiritualitas horizontal. Karena tadi ketika Elshinta mengajak untuk diskusi dengan tema spiritualitas. Spiritual selalu dianggapnya vertikal, tapi ada semangat spiritualitas yang namanya kesalehan sosial. Kesalehan sosial itu apa?, coba deh kita lihat tadi saya menyebut bahwa yang dagang makin banyak dan kemudian yang ikut berbuka takzil di Masjid bukannya makin dikit menjelang lebaran, justru semakin banyak. Artinya tingkat kemiskinan atau kesulitan orang banyak semakin besar. Kemampuan beli masyarakat semakin rendah. Itu terjadi hari ini. Apa fungsi masjid, fungsi masjid mencari solusi meminimalkan tingkat kemiskinan, dengan cara apa? Dengan memberikan pelajaran best practice. Misalkan kami kami coba membuat unit Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM,” jelas Ramdansyah.
Kemudian ada unit Janaiz (unit jenazah). Contoh di Lagoa, Jakarta Utara. Ramdansyah mencontohkan bahwa ditemukan ada beberapa warga yang tidak mampu untuk membeli kain kafan, ketika ada keluarganya meninggal tiba-tiba. Padahal yang meninggal adalah tulang punggung keluarga.
“Ada unit janaiz, bahkan unit janaiz kami, unit jenazah, memberikan pelayanan terbaik dalam hal pemulasaran jenazah itu. Bahkan, melayani dari rumah sakit, dijemput, kemudian dimandikan, dikafankan, dishalatkan, kemudian diantar ke kuburan, lalu kita ikut memberikan ceramah ketika pengajian. Artinya apa? Masjid punya pelayanan sosial,” ujarnya.