Kinerja Ekonomi Indonesia Stabil Saat Dunia Hadapi Tekanan dan Pelemahan
Oleh : Rivka Mayangsari
Di tengah tekanan global yang semakin kompleks dan ketidakpastian ekonomi internasional, Indonesia menunjukkan ketangguhannya sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Pada kuartal pertama tahun 2025, ekonomi nasional tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan (year-on-year). Meski sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,91 persen dan melambat dari kuartal sebelumnya yang mencapai 5,02 persen, angka ini merupakan pencapaian yang signifikan. Di saat banyak negara mengalami perlambatan, Indonesia tetap tumbuh, mencerminkan kekuatan fondasi ekonominya.
Perlambatan pertumbuhan ini sebagian besar disebabkan oleh kontraksi belanja pemerintah sebesar 1,38 persen, setelah sebelumnya tumbuh 4,17 persen pada kuartal IV 2024. Namun demikian, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh stabil sebesar 4,89 persen, sementara investasi tetap mencatat pertumbuhan sebesar 2,12 persen. Angka ini menunjukkan bahwa mesin utama pertumbuhan Indonesia masih berjalan, meski dalam tekanan. Fondasi konsumsi domestik yang kuat telah menjadi bantalan penting terhadap gejolak eksternal, dan menjadi faktor pembeda utama antara Indonesia dan negara-negara lain yang lebih bergantung pada sektor eksternal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 0,3 hingga 0,5 poin persentase dari Produk Domestik Bruto. Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah AS memberikan masa jeda selama 90 hari, yang menurutnya merupakan peluang penting untuk memperkuat dialog dan menyusun solusi bersama guna meredam dampak kebijakan tersebut. Dalam pandangan Sri Mulyani, masa jeda ini dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk menurunkan, atau bahkan menghindari, potensi perlambatan ekonomi melalui berbagai upaya diplomasi dan penyesuaian kebijakan.
Sebagai langkah konkret, Sri Mulyani menuturkan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi, termasuk peningkatan ekspor ke pasar Amerika Serikat, pemberian insentif pajak kepada sektor strategis, penyederhanaan prosedur impor, serta pelonggaran aturan kandungan lokal untuk meningkatkan daya saing industri nasional. Ia menambahkan bahwa kebijakan-kebijakan ini merupakan bagian dari agenda besar reformasi struktural ekonomi Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa belanja negara perlu diarahkan agar lebih efisien, tepat sasaran, dan efektif dalam mendukung pertumbuhan. Menurutnya, struktur ekonomi Indonesia yang mengandalkan konsumsi domestik telah memberikan bantalan kuat terhadap tekanan eksternal yang terus berlangsung.
Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menyatakan bahwa fondasi ekonomi domestik Indonesia masih tergolong kuat. Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan pada kuartal pertama 2025 yang tercatat sebesar 4,87 persen didorong oleh permintaan domestik dan ekspor yang tetap solid. Pemerintah, menurutnya, terus mendorong peningkatan investasi, salah satunya dengan memperkuat peran Danantara sebagai sovereign wealth fund nasional yang memiliki peran strategis dalam menopang pembangunan jangka panjang.
Komitmen pemerintah juga terlihat jelas dalam upaya menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok. Di tengah tekanan harga pangan global, pemerintah berhasil menahan inflasi bahan pangan sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Pengamat ekonomi Doddy Ariefianto menyampaikan bahwa keberhasilan dalam menjaga stabilitas harga pangan merupakan hal yang patut diapresiasi. Namun, ia juga menekankan bahwa kebijakan ini harus diiringi langkah-langkah lanjutan karena, menurutnya, elastisitas konsumsi bahan pokok relatif rendah dan membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif dalam mendorong pertumbuhan konsumsi.
Pada kuartal I-2025, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh di bawah lima persen, sementara investasi barang modal meningkat sebesar 2,1 persen. Meskipun belanja pemerintah mengalami koreksi, pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 4,87 persen menjadi indikasi bahwa struktur ekonomi nasional masih kokoh. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia, Erwin Gunawan Hutapea, menyampaikan bahwa meskipun angka pertumbuhan sedikit di bawah harapan, Bank Indonesia tetap menganggap pencapaian tersebut tergolong solid, terutama di tengah tekanan global yang masih berlangsung.
Dalam jangka menengah hingga panjang, arah kebijakan ekonomi Indonesia terus difokuskan pada penguatan sektor domestik, peningkatan daya saing industri nasional, dan ekspansi kerja sama ekonomi regional. Pemerintah menekankan pentingnya mempererat hubungan perdagangan dan investasi dengan negara-negara ASEAN sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan ekonomi kawasan. Kerja sama regional dinilai sangat penting untuk menciptakan stabilitas dan memperluas peluang pertumbuhan jangka panjang.
Dengan berbagai kebijakan yang telah dirancang dan dijalankan, Indonesia kembali membuktikan kemampuannya menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah guncangan global. Stabilitas harga, pertumbuhan konsumsi, serta investasi yang tetap positif menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mempertahankan momentum pertumbuhan. Kebijakan yang terukur, responsif, dan pro-rakyat menjadi pilar penting dalam membangun ekonomi yang tangguh dan berdaya saing. Ketika dunia menghadapi pelemahan, Indonesia tetap melangkah dengan kepala tegak, menjaga arah pembangunan, dan terus bertransformasi menuju negara maju yang berdaulat secara ekonomi.
Pemerintah juga terus menjaga kepercayaan investor melalui kebijakan fiskal yang disiplin, reformasi birokrasi, dan penyederhanaan regulasi. Langkah-langkah ini menciptakan iklim usaha yang kondusif dan memperkuat fondasi ekonomi jangka panjang, menjadikan Indonesia tetap menarik di mata pelaku usaha global.
*) Pemerhati Ekonomi