Masyarakat Diimbau Mewaspadai Serangan KST
Oleh : Rebecca Marian
Aparat keamanan berkomitmen untuk terus menegakkan hukum kepada Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua. Kendati demikian, masyarakat diminta untuk makin waspada akan serangan KST, termasuk propaganda paham separatis.
KST adalah bagian dari Organisasi Papua Merdeka. Mereka menggunakan senjata untuk menakut-nakuti rakyat serta melawan aparat keamanan. Keberadaan KST tentu meresahkan, karena lama-lama mereka merajalela, dengan menyerang dan menimbulkan korban jiwa.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan bahwa jumlah gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) selama semester I tahun 2022 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama di tahun 2021.
Beliau juga mengingatkan anggotanya di daerah rawan tidak lengah dan selalu waspada. Begitu pula dengan warga sipil, terutama yang berprofesi sebagai tukang ojek. Sebab banyak di antara mereka yang menjadi korban.
Irjen Mathius melanjutkan, pada semester I di tahun 2022 tercatat ada 44 kasus gangguan KST. Terdiri dari penembakan, kontak tembak, penganiayaan, pembakaran, hingga perampasan senjata api.
Adapun korban yang tercatat yakni 12 warga sipil, tujuh anggota TNI, satu anggota Polri serta empat orang anggota KST. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kasus semester I tahun 2021, yakni 33 kasus.
Sedangkan sepanjang tahun 2022 tercatat ada 48 korban jiwa akibat serangan KST. Rinciannya, 35 warga sipil dan sisanya adalah dari aparat keamanan. Penambahan jumlah korban sangat miris karena menunjukkan kekejaman dari kelompok separatis ini. Masyarakat terus membenci KST karena mereka sama-sama orang Papua, tetapi tega menghabisi nyawa saudara sesukunya sendiri.
Dengan banyaknya korban KST maka wajar jika warga Papua diminta untuk mewaspadai serangan dari kelompok separatis tersebut. Pasalnya jumlah korban makin bertambah dan KST tambah beringas beberapa tahun ini, karena masa pandemi. Mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan saat bergerilya di hutan, sehingga nekat melakukan perampokan dan penyerangan terhadap masyarakat.
Mayoritas korban adalah warga asli Papua dan hal ini sangat disesali karena mereka tega menyerang sampai menghabisi saudara sesukunya sendiri. Kebanyakan yang jadi korban adalah tukang ojek dan pekerja di sektor informal, karena dituduh menjadi mata-mata aparat. Padahal mereka hanya warga sipil biasa tetapi menjadi korban kekejaman KST, oleh karena itu mereka harus lebih berhati-hati ketika berada di jalanan.
Ketika ada penyerangan kepada masyarakat, baik yang berstatus sebagai tukang ojek atau yang lain, rakyat Papua diminta untuk kooperatif dan melaporkan dengan cara menelepon atau datang langsung ke kantor aparat keamanan. Dengan pelaporan ini maka penyerangan yang brutal bisa dicegah dengan cepat, dan penyelidikan bisa diadakan agar mengetahui letak markas-markas KST yang belum terungkap.
Meski ada himbauan untuk mewaspadai serangan KST tetapi masyarakat tidak usah panik dan khawatir berlebihan. Penyebabnya karena mereka terlindungi oleh Satgas Damai Cartenz, yang setia menjaga warga Papua dari kemungkinan serangan-serangan KST yang selanjutnya.
Sementara itu, Komunitas Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) memberi dukungan kepada TNI dan Polri (Secara virtual) demi penegakan hukum yang adil terhadap KST. Tujuannya adalah Papua yang damai dan sejahtera, dan ketika ada KST maka mustahil kedamaian itu ada. Deklarasi ini dihadiri oleh warganet, khususnya milenial, baik yang ada di Papua maupun daerah lain.
Ketua Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) Rusdil Fikri menyatakan bahwa tujuan dari deklarasi virtual adalah mengajak masyarakat dan tokoh politik Papua untuk mendukung penegakan hukum terhadap KST. Selain itu, partisipasi dan peran aktif warganet juga bisa dilakukan, dengan mengunggah postingan bernada positif di media sosial.
Tujuan dari unggahan ini agar makin banyak masyarakat yang sadar bahwa pemerintah selama ini sudah memberikan banyak sekali untuk pembangunan Papua. Penyebabnya karena KST selama ini menyebar provokasi dan hoaks, sehingga takutnya masyarakat akan terpengaruh, lantas berbalik memusuhi pemerintah. Padahal kenyataannya pemerintah telah membuat begitu banyak fasilitas untuk Papua.
Dengan partisipasi dan dukungan dari netizen di seluruh Indonesia maka warga Papua optimis penyerangan KST akan berkurang. Penyebabnya karena KST tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat dan warga Papua sendiri sudah tahu bahwa kelompok tersebut berbahaya. Mereka tidak bisa menyerang rakyat, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Pastisipasi netizen sangat penting agar KST tidak sembarangan menyerang di dunia maya dengan menyebarkan foto maupun video yang berisi kekejaman mereka terhadap warga Papua. Masyarakat diminta untuk tidak mempercayai konten tersebut karena bisa saja hoaks atau propaganda.
Penyerangan KST akhir-akhir ini makin brutal dan sampai menyebabkan korban jiwa. Masyarakat diminta untuk mewaspadai serangan KST dengan lebih berhati-hati ketika berada di luar rumah. Mereka juga wajib melaporkan dengan cepat saat ada penyerangan yang dilakukan oleh KST. Kemudian, partisipasi netizen juga penting agar membendung hoaks dan propaganda dari KST di dunia maya.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta