Membangun Generasi Sehat Papua Lewat Makan Bergizi Gratis
Oleh: Frans Nawipa
Pemerintah menunjukkan komitmen kuat dalam menyejahterakan rakyat melalui kebijakan strategis, salah satunya Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Di tengah tantangan geografis dan sosial yang dihadapi wilayah timur Indonesia, khususnya Papua, program ini hadir sebagai terobosan nyata untuk menanggulangi masalah gizi buruk, meningkatkan kualitas pendidikan, dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Implementasi MBG di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Merauke menjadi bukti nyata bahwa program ini bukan sekadar janji politik, melainkan sebuah kebijakan solutif yang telah menorehkan capaian positif.
Di Kepulauan Yapen, program MBG telah berjalan di 21 sekolah dengan dukungan aktif dari masyarakat dan lembaga keagamaan. Gereja-gereja setempat turut berkontribusi dalam menyediakan dapur yang menjadi pusat produksi makanan bergizi bagi siswa-siswa. Kehadiran dapur-dapur sehat ini menjadikan sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang untuk tumbuh sehat dan kuat. Bupati Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy menyatakan bahwa walaupun program ini masih dalam tahap awal, manfaatnya telah terasa besar bagi anak-anak sekolah. Pemerintah daerah terus berupaya mengatasi tantangan yang muncul agar pelaksanaan program berjalan optimal dan berkelanjutan. Tidak hanya itu, Pemerintah Kabupaten juga telah meluncurkan MBG di salah satu sekolah di distrik baru, serta merencanakan penambahan delapan sekolah lagi agar semakin banyak anak memperoleh akses makanan bergizi secara gratis.
Lebih jauh, pelaksanaan MBG di Yapen tidak dilakukan secara serampangan. Keterlibatan aktif Kodim dan Badan Gizi Nasional menjamin bahwa kualitas makanan dan efektivitas program terus dipantau. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada kuantitas penerima manfaat, tetapi juga menekankan pada kualitas pelaksanaan. Dalam jangka panjang, kebijakan ini diyakini akan menekan angka kekurangan gizi, menurunkan prevalensi stunting, dan menciptakan SDM unggul dari kawasan timur Indonesia.
Keberhasilan program MBG di Papua juga tercermin kuat di Kabupaten Merauke. Di tengah tantangan yang membuat banyak dapur sehat di daerah lain berhenti beroperasi, Merauke justru menjadi teladan nasional. Dengan hanya satu dapur yang melayani tujuh sekolah dan lebih dari 3.000 siswa, MBG di Merauke berhasil menjaga keberlangsungan layanan selama 20 hari setiap bulan. Koordinasi yang baik antara TNI, SPPI, Bulog Merauke, dan unsur masyarakat membuat dapur ini tidak hanya bertahan, tetapi berkembang sebagai pusat pemberdayaan ekonomi lokal. Bahan makanan yang digunakan sebagian besar berasal dari Merauke sendiri, sehingga program ini turut mendorong perputaran roda ekonomi masyarakat.
Letkol Inf Johny Novriyadi, Komandan Kodim 1707/Merauke yang juga pembina program MBG di wilayahnya, menekankan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil gotong royong semua pihak. Menurutnya, dapur MBG tidak hanya menjamin anak-anak mendapatkan makanan bergizi, tetapi juga berperan sebagai penggerak ekonomi melalui keterlibatan UMKM lokal dan penyedia bahan pangan. Ini menunjukkan bahwa MBG bukan semata program pangan, melainkan kebijakan multidimensi yang menyentuh aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi sekaligus.
Tentu masih banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal jangkauan dapur terhadap sekolah-sekolah yang tersebar luas di wilayah Merauke. Namun, hal ini telah diantisipasi melalui koordinasi intensif dengan Badan Gizi Nasional, agar penataan peta dapur bisa lebih efisien dan sesuai dengan standar operasional. Dalam skema ideal, satu dapur sehat dirancang untuk melayani maksimal 3.500 siswa, sehingga efisiensi dan efektivitas program tetap terjaga.
Di Kabupaten Jayapura, dukungan terhadap program MBG juga datang dari elemen masyarakat, khususnya Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Jayapura, Dewi S. Wonda, menilai program MBG dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus memperkuat ketahanan gizi keluarga. Menurutnya, MBG bukan hanya program satu sektor, melainkan lintas sektor yang menyentuh seluruh rantai pasok dari hulu ke hilir. Pelibatan petani, nelayan, dan pelaku UMKM dalam penyediaan bahan pangan adalah bentuk konkret dari pendekatan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Kehadiran MBG sebagai program prioritas pemerintah pusat menunjukkan bahwa Papua bukan lagi wilayah yang dipandang dari pinggiran, tetapi telah menjadi bagian integral dari pembangunan nasional. Lewat pendekatan yang inklusif dan berbasis lokal, pemerintah berhasil membangun fondasi awal bagi masa depan anak-anak Papua yang lebih sehat dan berdaya. Dengan akses gizi yang memadai, anak-anak tidak hanya lebih fokus belajar, tetapi juga memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan tangguh.
Pada akhirnya, keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis di Papua adalah bentuk nyata dari kehadiran negara dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Di balik setiap piring nasi bergizi yang diterima anak-anak di Yapen dan Merauke, tersimpan harapan besar untuk masa depan Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan merata. Jika program ini terus dikelola dengan komitmen dan kolaborasi, maka Papua akan berdiri sejajar, bukan hanya dalam peta, tetapi juga dalam kualitas hidup generasi mudanya. Inilah Indonesia yang inklusif dan berdaulat dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah telah menyalakan lilin harapan di ujung timur negeri ini, dan tugas kita bersama untuk menjaga agar cahayanya terus menyala.
*Penulis merupakan pengamat isu strategis Papua
[edRW]