Papua Maju dengan Strategi Pembangunan Terintegrasi dan Berkeadilan
Oleh : Yosep Nawipa
Upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan Papua memasuki babak baru dengan hadirnya pendekatan terintegrasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal, meningkatkan gizi, serta menyediakan layanan sosial yang merata. Konsep ini dirancang agar pembangunan di Papua mampu beradaptasi dengan karakter geografis dan sosial budaya yang khas.
Momentum besar terjadi di Nabire, Papua Tengah, pada Selasa (12/8), ketika pemerintah menggelar pertemuan lintas sektor yang mempertemukan pejabat tinggi negara dengan tokoh adat, tokoh agama, pemuda, organisasi masyarakat, dan kepala suku. Melalui jaringan daring, seluruh provinsi di Tanah Papua terhubung dalam agenda yang berlangsung serentak. Kehadiran pejabat pusat dan daerah sekaligus mengirim pesan kuat bahwa Papua menjadi prioritas dalam agenda pembangunan nasional.
Acara yang mengusung tema Papua Bersatu, Indonesia Maju memadukan berbagai program unggulan. Bantuan sosial, layanan kesehatan gratis, dan groundbreaking dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) digelar di enam lokasi sekaligus, mencakup Nabire, Jayapura, Wamena, Merauke, Sorong, dan Manokwari. Dengan pelaksanaan di berbagai titik secara bersamaan, pemerintah memastikan manfaat pembangunan dapat dirasakan merata, bahkan hingga ke wilayah terjauh.
Meki Fritz Nawipa memandang program MBG sebagai terobosan yang memberikan dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Program ini tidak hanya berfokus pada penyediaan makanan sehat bagi anak-anak, tetapi juga menggerakkan rantai pasok lokal mulai dari petani, peternak, hingga pelaku usaha kecil. Dengan demikian, pembangunan sektor kesehatan berjalan beriringan dengan penguatan ekonomi.
Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) dan koperasi desa juga menjadi prioritas pemerintah provinsi. Meki meyakini bahwa desa-desa di Papua akan mampu bersaing dan mandiri jika diberi ruang untuk mengelola potensi lokalnya secara maksimal. Pendekatan ini memastikan pembangunan ekonomi dimulai dari akar rumput, menciptakan pertumbuhan yang inklusif.
Di bidang ketahanan pangan, Dadan Hindayana mengungkapkan bahwa 101 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kini telah beroperasi di Papua. Setiap SPPG memanfaatkan bahan baku lokal yang diolah oleh masyarakat setempat, sehingga perputaran ekonomi terjadi di daerah asalnya. Selain menyediakan pangan bergizi, SPPG juga mendorong pengembangan pertanian, peternakan, dan perikanan lokal. Dadan menargetkan seluruh SPPG rampung pada akhir Oktober, dengan dampak berkelanjutan bagi ketahanan pangan di Papua.
Yandri Susanto menegaskan bahwa membangun Papua secara menyeluruh adalah bagian penting dari membangun Indonesia. Ia memastikan bahwa pemerintah pusat memberikan perhatian yang sama terhadap semua wilayah tanpa pengecualian. Pembangunan desa di Papua menjadi langkah strategis untuk memperkuat pondasi pembangunan nasional yang merata.
Dukungan anggaran yang signifikan turut memperkuat program-program tersebut. Di Papua Tengah, dana desa senilai Rp1,089 triliun tahun ini dialokasikan untuk pemberdayaan ekonomi desa dan penguatan koperasi. Program TEKAD dan Koperasi Desa Merah Putih menjadi instrumen utama dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat setempat. Pendekatan ini mengutamakan pemanfaatan potensi lokal yang berkelanjutan.
Budi Arie Setiadi melihat koperasi sebagai pilar ekonomi rakyat yang mampu membawa perubahan signifikan di Papua. Ia menggambarkan setiap desa memiliki koperasi tangguh yang mengelola potensi lokal dengan efektif, memberikan manfaat langsung bagi warganya, serta menjadi motor penggerak ekonomi desa. Konsep ini sejalan dengan visi membangun ekonomi Papua yang berbasis komunitas.
Pembangunan di Papua saat ini tidak hanya dipahami sebagai proyek fisik, melainkan proses berkelanjutan yang melibatkan penguatan kapasitas manusia dan pemberdayaan ekonomi. Infrastruktur yang memadai memang penting, namun peningkatan kualitas hidup melalui pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Peran aktif masyarakat lokal juga menjadi penentu keberhasilan program. Keterlibatan tokoh adat, pemuda, dan berbagai elemen masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan memperkuat rasa memiliki terhadap program yang dijalankan. Partisipasi ini memastikan program dapat disesuaikan dengan kearifan lokal, sehingga lebih efektif dan berkelanjutan.
Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat membentuk fondasi yang kuat bagi Papua yang damai dan sejahtera. Pendekatan multi-sektor yang diterapkan memastikan setiap aspek kehidupan mendapat perhatian, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi. Keberhasilan ini juga menjadi model pembangunan yang dapat diterapkan di wilayah lain dengan kondisi serupa.
Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur di daerah terpencil, keterhubungan transportasi, dan kesenjangan teknologi memang masih ada. Namun, dengan strategi yang terarah dan komitmen yang konsisten, Papua memiliki peluang besar untuk mencapai kemajuan setara dengan wilayah lain. Pembangunan yang berorientasi pada keberlanjutan akan memastikan bahwa manfaatnya tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga diwariskan kepada generasi mendatang.
Melalui program-program yang terukur, pemerintah membuktikan bahwa komitmen membangun Papua bukan sekadar slogan. Aksi nyata yang terus dilakukan, kolaborasi dengan berbagai pihak, dan keterlibatan langsung masyarakat adalah modal utama untuk membawa Papua menuju masa depan yang lebih cerah, maju, dan berkeadilan.
)* Penulis merupakan Pengamat Pembangunan Papua