Papua Menuju Era Ekonomi Global yang Kompetitif
Oleh : Loa Murib
Papua memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya. Sebagai salah satu provinsi dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, Papua kini bergerak menuju era ekonomi global yang kompetitif. Transformasi ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan hasil dari kebijakan strategis pemerintah, sinergi dengan pelaku usaha, dan inovasi masyarakat Papua sendiri. Langkah ini menjadi pondasi kuat agar Papua sejajar dengan daerah lain di Indonesia, bahkan mampu bersaing di pasar internasional.
Landasan pembangunan ekonomi Papua bertumpu pada kebijakan Otonomi Khusus (Otsus) yang telah memberikan kewenangan lebih besar kepada daerah untuk mengelola potensi lokal. Setiap tahun, dana Otsus mencapai triliunan rupiah, dialokasikan untuk sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat adat, serta pembangunan infrastruktur. Dana ini tidak sekadar menjadi angka di atas kertas, melainkan diwujudkan dalam program nyata seperti pengembangan usaha kecil, pelatihan keterampilan kerja, dan pembangunan sarana ekonomi. Dengan langkah ini, perekonomian Papua mulai tumbuh berbasis kekuatan masyarakat lokal.
Pembangunan infrastruktur menjadi faktor penting dalam mendorong Papua ke panggung global. Jalan Trans Papua yang panjangnya mencapai lebih dari 4.300 kilometer kini menghubungkan wilayah-wilayah terpencil dengan pusat ekonomi. Distribusi barang dan jasa menjadi lebih lancar, sehingga disparitas harga kebutuhan pokok dapat ditekan. Bandara Nabire yang baru dibangun, Pelabuhan Depapre di Jayapura, serta pasar rakyat di Wamena dan Asmat adalah contoh nyata kehadiran negara. Semua ini menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih kompetitif dan inklusif.
Tidak hanya infrastruktur fisik, pemberdayaan ekonomi rakyat juga menjadi prioritas. Program pelatihan kewirausahaan, bantuan modal, dan penguatan koperasi mendukung tumbuhnya usaha kecil dan menengah di Papua. Salah satu bentuk keberpihakan pemerintah adalah pembangunan pasar khusus untuk mama-mama Papua yang sebelumnya berjualan di pinggir jalan. Kini mereka memiliki ruang yang layak untuk mengembangkan usaha. Selain itu, akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) semakin terbuka, memberi peluang besar bagi petani, nelayan, dan pengrajin lokal untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
Penguatan ekonomi berbasis potensi lokal juga semakin digenjot. Komoditas unggulan seperti kopi Wamena, sagu dari Merauke, dan hasil laut Biak kini diproyeksikan menjadi produk ekspor andalan. Program pendampingan, sertifikasi, dan promosi yang dilakukan Kementerian Pertanian serta Kementerian Perdagangan membuahkan hasil. Ekspor kopi Papua meningkat signifikan, menandakan kesiapan Papua untuk menembus pasar global tanpa meninggalkan identitas budayanya.
Keberhasilan Papua bukan hanya di tingkat makro, tetapi juga lahir dari inovasi pelaku usaha mikro. Kisah inspiratif datang dari Herlinda Sinaga, pendiri Sasagu, sebuah UMKM pengolah sagu yang kini bersiap masuk pasar internasional. Herlinda menegaskan bahwa ide inovatifnya lahir karena keterbatasan bahan baku boba saat PON XX 2021, sehingga ia mengolah sagu menjadi bahan dasar produk-produk modern. Melalui pendampingan program Pertamina UMK Academy 2025, ia mampu membangun merek yang kuat dan strategi pemasaran efektif. Produk Sasagu kini diminati tidak hanya di Jayapura, tetapi juga sedang menembus pasar Jerman, Jepang, dan Australia. Prestasi ini membuktikan bahwa UMKM Papua dapat menjadi pemain global bila mendapat dukungan dan akses yang memadai.
Pemerintah juga menguatkan konektivitas internasional untuk mempercepat integrasi Papua dalam jaringan ekonomi dunia. Penetapan Bandara Frans Kaisiepo di Biak sebagai bandara internasional adalah langkah strategis. Bupati Biak Numfor, Markus Octovianus Mansnembra, menyampaikan pandangannya bahwa pengoperasian bandara ini bukan sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi juga merupakan cara membangun perekonomian rakyat dan menciptakan lapangan kerja baru. Ia menilai kehadiran bandara internasional akan menjadi pemicu pertumbuhan sektor perdagangan, pariwisata, dan investasi di Papua.
Dukungan juga datang dari Kepala Imigrasi TPI Biak, Jose Rizal, yang menegaskan kesiapan penuh jajarannya untuk mendukung transformasi bandara tersebut. Menurutnya, penerbangan internasional yang akan segera beroperasi ke Biak diharapkan membawa dampak positif terhadap kunjungan wisatawan dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat setempat.
Namun, tantangan tetap ada. Kesenjangan antarwilayah, kualitas SDM, dan kesiapan teknologi menjadi isu yang harus diatasi secara sistematis. Peningkatan pendidikan vokasi, digitalisasi UMKM, dan penguatan ekosistem logistik adalah kunci untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan dukungan regulasi yang kondusif dan kemitraan strategis, Papua tidak hanya akan menjadi penonton, tetapi pemain utama dalam rantai ekonomi global.
Transformasi Papua menuju era ekonomi global yang kompetitif adalah sebuah keniscayaan. Dengan kebijakan Otsus, pembangunan infrastruktur, pemberdayaan UMKM, penguatan komoditas lokal, dan konektivitas internasional, Papua siap menorehkan sejarah baru. Sinergi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi energi utama yang mengantarkan Papua bukan hanya sebagai bagian dari Indonesia yang maju, tetapi juga sebagai provinsi yang mampu bersaing di panggung dunia.
*Penulis adalah Mahasiswa Papua di Jawa Timur