Oleh : Ivan Hertanto
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) mulai dari sekolah hingga pesantren, adalah bukti nyata bahwa pemerintah menjalankan program pembangunan dengan prinsip inklusivitas dan keadilan. Di tengah dinamika dan kompleksitas tantangan dunia pendidikan dan kesehatan, langkah ini menunjukkan bahwa negara hadir menyeluruh, tanpa membedakan latar belakang peserta didik. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bukan hanya menyasar siswa di kota-kota besar atau sekolah unggulan, tetapi juga menjangkau santri di pesantren, termasuk yang berada di wilayah terpencil, tertinggal, dan terluar. Ini adalah langkah revolusioner dalam memastikan bahwa seluruh anak bangsa memiliki akses yang setara terhadap layanan kesehatan dasar.
Pemerintah memahami bahwa kesehatan adalah prasyarat utama dalam proses belajar-mengajar yang efektif. Anak yang sehat akan lebih mudah menyerap pelajaran, lebih aktif dalam kegiatan sekolah, dan memiliki semangat belajar yang tinggi. Dengan menjadikan CKG sebagai program lintas-sektor yang melibatkan Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Agama, negara memastikan sinergi yang kuat dalam mewujudkan lingkungan belajar yang sehat bagi semua. Pendekatan ini mencerminkan semangat transformasi layanan publik yang inklusif, holistik, dan berpihak pada kelompok yang selama ini belum sepenuhnya terjangkau oleh layanan kesehatan.
Anggota Komisi IX DPR RI, Edy Wuryanto mengatakan pihaknya memandang pelaksanaan CKG di sekolah berperan penting membantu pembangunan ketahanan kesehatan jiwa anak Indonesia. Pihaknya mengingatkan program ini tidak boleh berhenti hanya pada tahap deteksi dini, tetapi harus dibarengi tindakan intervensi selanjutnya.
Program CKG tidak hanya berfokus pada deteksi penyakit, tetapi juga berperan penting dalam edukasi dan promosi hidup sehat. Anak-anak di sekolah dan pesantren mendapatkan pemahaman dasar tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, pola makan bergizi, pentingnya olahraga, serta mengenali gejala awal penyakit seperti anemia, gangguan penglihatan, atau kelainan pertumbuhan.
Di banyak pesantren, yang sering kali memiliki sistem hidup komunal dan pola makan terbatas, intervensi CKG sangat membantu dalam mengidentifikasi kekurangan gizi atau kebiasaan yang tidak mendukung kesehatan santri. Dengan pemeriksaan teratur, pemerintah dapat memberikan rujukan atau bantuan lanjutan, seperti pemberian suplemen, layanan lanjutan ke puskesmas, hingga fasilitasi alat bantu kesehatan jika dibutuhkan.
Salah satu kekuatan dari program ini adalah keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Di sekolah, guru dan tenaga pendidik didorong untuk mendampingi proses pemeriksaan dan mencatat perkembangan kesehatan siswa. Di pesantren, pengasuh dan ustaz turut berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan program ini, menciptakan ruang kolaborasi antara negara dan institusi keagamaan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia. Ini memperkuat rasa saling percaya antara pemerintah dan masyarakat, terutama di komunitas pesantren yang selama ini sering berjalan dengan sistem swadaya. Dengan merangkul pesantren sebagai mitra strategis, pemerintah menunjukkan kesungguhan dalam membangun bangsa secara menyeluruh, tanpa diskriminasi.
Cakupan program CKG juga menandakan keberhasilan dalam membumikan semangat keadilan sosial. Di tengah kesenjangan akses terhadap layanan kesehatan yang masih dirasakan sebagian masyarakat, kehadiran tim medis langsung ke sekolah dan pesantren menjawab kebutuhan dasar yang sebelumnya sulit dijangkau. Banyak cerita inspiratif bermunculan, seperti santri yang selama ini tidak menyadari memiliki kelainan mata, lalu mendapatkan bantuan kacamata gratis, atau siswa yang terdeteksi anemia kemudian dibantu melalui program makanan tambahan bergizi.
Sementara itu, Menteri Agama, Nasaruddin Umar mengatakan program CKG adalah bagian dari ikhtiar bersama untuk menyiapkan generasi muda yang sehat secara jasmani dan rohani. Ini sejalan dengan nilai-nilai inti setiap agama yang menekankan pentingnya kesehatan sebagai bagian dari ibadah dan keberlangsungan hidup.
Lebih jauh, CKG juga memperkuat komitmen Indonesia dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya pada pilar kesehatan yang baik dan kesejahteraan serta pendidikan berkualitas. Dengan melakukan deteksi dini terhadap masalah kesehatan anak dan remaja, pemerintah turut mencegah terjadinya penurunan kualitas pendidikan akibat gangguan kesehatan yang tidak terdeteksi. Strategi ini menjadi investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia yang unggul, sehat, dan berdaya saing.
Melalui kegiatan pemeriksaan kesehatan, siswa dan santri mulai terbiasa memantau kondisi fisiknya secara mandiri, memahami pentingnya pola hidup sehat, serta tidak mengabaikan gejala-gejala awal penyakit. Kebiasaan ini, bila dibentuk sejak dini, akan berdampak positif dalam jangka panjang, karena generasi yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan adalah fondasi bagi masyarakat yang produktif dan tangguh.
Dengan pelaksanaan yang terus meluas dan sistematis, Program CKG di sekolah dan pesantren menjadi representasi nyata dari wajah baru pelayanan publik yang berpihak kepada rakyat. Ini adalah langkah besar menuju transformasi sosial yang inklusif dan berkeadilan. Pemerintah telah menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya soal infrastruktur fisik, tetapi juga menyentuh dimensi paling esensial, kesehatan dan masa depan anak-anak bangsa. Apresiasi setinggi-tingginya patut diberikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung program ini. Dengan komitmen berkelanjutan, program CKG akan menjadi pilar penting dalam mencetak generasi Indonesia yang sehat, kuat, dan siap menghadapi tantangan zaman.
)* Pengamat pendidikan dalam negeri