Pemungutan Suara Ulang Tunjukkan Kematangan Politik Masyarakat
Oleh: Citra Arum
Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang diselenggarakan di berbagai daerah sebagai tindak lanjut dari putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa hasil Pilkada 2024 berhasil mencuri perhatian publik, bukan karena polemik, melainkan karena menunjukkan kualitas kedewasaan politik yang mulai mengakar dalam sistem demokrasi Indonesia. Respons positif masyarakat terhadap PSU menjadi refleksi bahwa proses demokrasi masih dijaga dan dihormati oleh rakyat, terlebih ketika dijalankan dengan akuntabilitas dan integritas oleh seluruh pemangku kepentingan.
Dukungan dan pengawasan yang komprehensif dari pemerintah, penyelenggara pemilu, pengawas, serta aparat keamanan membentuk satu ekosistem yang memungkinkan PSU berlangsung secara tertib dan sah. Salah satu contoh penting terlihat di Kabupaten Gorontalo Utara. Monitoring yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Gorontalo terhadap kesiapan PSU menjadi bukti nyata komitmen negara untuk tidak sekadar menyelenggarakan pemilu, tetapi juga memastikan seluruh prosesnya taat azas dan akuntabel.
Ketua KPU Kabupaten Gorontalo Utara, Sofyan Jakfar, menyampaikan bahwa keberadaan BPKP dalam tahapan persiapan memberikan dampak positif dalam menjamin seluruh mekanisme perencanaan berjalan sesuai aturan. Menurutnya, PSU di daerahnya bukan hanya sebatas kewajiban konstitusional, tetapi juga sebuah momentum untuk menguatkan kepercayaan publik terhadap proses pemilu. Ia menilai bahwa keberhasilan pelaksanaan PSU akan sangat ditentukan oleh kolaborasi antar lembaga, baik dari sisi administratif, teknis, maupun logistik. Sofyan juga menambahkan bahwa partisipasi masyarakat dalam PSU menjadi barometer penting yang menandakan kualitas penyelenggaraan pemilu di tingkat lokal.
Sinergi lintas sektor dalam pelaksanaan PSU tersebut juga mendapat perhatian dari legislatif daerah. Emi Lasari, Anggota Komisi II DPRD Kota Banjarbaru, menilai bahwa seluruh tahapan PSU yang berlangsung sejauh ini telah menunjukkan keseriusan negara dalam mengawal prinsip kejujuran dan keadilan pemilu. Bagi Emi, pelaksanaan PSU bukan hanya sarana untuk menyelesaikan sengketa, tetapi juga ajang untuk menguji sejauh mana semua pihak mampu menghormati aturan main dalam demokrasi.
Emi memandang bahwa setelah PSU terlaksana, masyarakat seharusnya kembali bergandengan tangan demi membangun suasana kondusif dan produktif. Ia menyoroti pentingnya sikap dewasa dalam menerima hasil pemilihan, karena tanpa itu, pembangunan nasional akan terus tersandera oleh perpecahan yang tidak perlu.
Emi juga menekankan bahwa pengalaman PSU ini harus dijadikan pelajaran bersama. Menurutnya, kesadaran kolektif untuk tidak menjadikan perbedaan politik sebagai sumber konflik berkepanjangan menjadi kebutuhan mendesak agar agenda pembangunan tidak tertunda. Ia menyampaikan harapannya agar masyarakat tidak hanya aktif dalam proses memilih, tetapi juga aktif menjaga stabilitas sosial setelah hasil ditetapkan.
Sementara itu, dari wilayah timur Indonesia, Ketua Setya Kita Pancasila Provinsi Papua, Absalom Kreway Yerisitouw, memberikan penekanan yang kuat terhadap pentingnya keterlibatan semua pihak dalam menjaga netralitas dan keamanan selama pelaksanaan PSU. Ia menyuarakan aspirasi masyarakat Papua agar pemilu tidak lagi menjadi pemicu instabilitas, melainkan justru menjadi ruang bersama untuk menyuarakan pilihan politik secara damai. Absalom melihat bahwa pengalaman sebelumnya harus dijadikan pelajaran agar tidak ada lagi kelalaian administratif yang mencederai kepercayaan publik, seperti kasus terkait dokumen kependudukan.
Absalom juga menggarisbawahi pentingnya peran aparat keamanan dalam menciptakan suasana yang aman dan nyaman selama proses PSU. Menurutnya, keberhasilan pemilu sangat bergantung pada rasa aman yang dirasakan oleh masyarakat saat menyalurkan hak suaranya. Ia menilai bahwa kehadiran aparat TNI dan Polri dalam kapasitas menjaga ketertiban harus disinergikan dengan upaya penyelenggara dan pengawas pemilu yang bersikap profesional. Dengan begitu, PSU di Papua bisa menjadi percontohan dalam pelaksanaan demokrasi damai di wilayah yang kerap menghadapi tantangan sosial-politik tersendiri.
Melihat kesiapan logistik, anggaran, dan partisipasi pemilih di berbagai wilayah, pemerintah dinilai telah berhasil menghadirkan penyelenggaraan PSU yang tertib dan bertanggung jawab. Tidak hanya memastikan proses berjalan secara administratif, tetapi juga menjaga kualitas substansi demokrasi yang memberikan ruang bagi masyarakat untuk kembali menggunakan hak pilihnya dengan penuh kepercayaan. Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah pusat maupun daerah mencerminkan keseriusan dalam memastikan demokrasi berjalan tanpa cela.
Pemungutan Suara Ulang tidak lagi dipandang sebagai bentuk kegagalan, tetapi justru menjadi instrumen korektif yang memperkuat legitimasi hasil pemilu. Ketika proses koreksi dilakukan secara terbuka, profesional, dan melibatkan pengawasan independen, maka kepercayaan publik terhadap sistem akan semakin kuat. Ini menjadi indikator bahwa demokrasi di Indonesia berkembang bukan hanya secara prosedural, tetapi juga secara budaya.
Dukungan yang datang dari masyarakat sipil, pemuda, dan tokoh lokal terhadap PSU memperkuat pesan bahwa kedewasaan politik telah tumbuh di berbagai lapisan masyarakat. Tidak ada lagi dominasi narasi konflik yang mengemuka, melainkan optimisme bahwa sistem demokrasi Indonesia mampu memperbaiki dirinya melalui mekanisme yang sah. Pemerintah dalam hal ini telah menjalankan fungsinya secara maksimal dengan menghadirkan keadilan elektoral melalui PSU.
Dengan pendekatan kolaboratif, transparansi pengelolaan anggaran, dan semangat profesionalisme dari penyelenggara, pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang menjadi bukti nyata bahwa demokrasi Indonesia tetap berada di jalur yang benar. Lebih dari sekadar pelaksanaan teknis, PSU tahun ini memperlihatkan bagaimana sebuah bangsa mampu belajar dari proses dan menjadikan koreksi sebagai ruang memperkuat kualitas tata kelola pemerintahan yang demokratis dan berintegritas.
)* Pengamat Dunia Politik