Pesantren Punk Sukatani

-

(Catatan menjelang Ramadhan oleh Afthon Lubbi)

Punk itu aliran, madzhab pemikiran, ideologi perlawanan. Mereka melawan ideologi-ideologi yang sudah mapan, dari kapitalisme paling kanan hingga komunisme paling kiri, termasuk di dalamnya agamaisme yang kapitalistik yang menjadikan agama hanya sebagai komoditas kapitalis, ayat-ayat diperdagangkan dengan harga murah, padahal Tuhan sudah mengingatkan, ‘wa laa tasytaruu bi aayaatii tsamanan qoliilaa’.

Dalam musik, punk adalah cabang genre dari rock, punk rock. Ia lahir belum lama, dekade 70an di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Alat musik yang digunakan sederhana, gitar listrik, gitas bass, dan drum set. Turunannya banyak, Anarko Punk, Hardcore Punk, Horror Punk, Skate Punk, Street Punk, hingga di asal negara kelahirannya, ada aliran Christian Punk. Sub genrenya beraneka, tapi semua punk sama, ia adalah musik perlawanan, kritik sosial.

Itulah sebabnya Novi, vokalis Sukatani, dipecat oleh tempatnya bekerja sebagai guru, karena BEDA ALIRAN. Dalam diri Novi, mengalir darah perlawanan. Sebagaimana ia mewarisi ajaran Nabinya yang melawan ketidakadilan, kezaliman, dan kejahiliyahan yang pada masa kini sering dibungkus dengan jubah keagamaan.

Itu juga sebabnya, ia diburu ‘oknum polisi’ yang gerah oleh syair-syair rebel Sukatani. ‘Bayar Bayar Bayar’ ditakedown dari platform berbagi musik, disuruh minta maaf dan dipaksa buka topeng yang menjadi karakter panggungnya yang diambil dari Balaclava, masker pekerja di Thailand sebagai simbol kerja keras kaum buruh.

Ditendang oleh tempat bekerja, diintimidasi polisi, Novi dan Sukatani justru dirindu masyarakat. Mereka yang resah melihat kesenjangan sosial, kesewenangan petugas, kerakusan pejabat, dan segala penindasan kelas, menemukan simbol perlawanan yang genuine dan “Islami”.Jika di Barat ada Christian Punk, Sukatani adalah Islamic Punk. “Dunia aku datang, akhirat aku tendang”. Itulah lirik pembuka lagu Sukatani feat. Teenage Death Star yang berjudul “Pesantren Kilat”. Penulis lagu menyampaikan kritik terhadap praktek keagamaan yang menurut mereka ‘salah kaprah’ akibat belajar agama secara instan hanya dari pesantren kilat.

Akibatnya, alih-alih mengejar akhirat, mereka hanya sibuk mengejar dunia. Agama hanya dilihat dari tampilan luar, dan Novi adalah korbannya, ia dipecat karena dianggap tidak sesuai ‘Syariat Islam’. Ini adalah praktek penindasan atas nama agama. Yang memecat, kabarnya adalah kader partai yang kini dekat dengan kekuasaan.

Dalam “Pesantren Kilat”, Sukatani menyampaikan keresahan. “Ku ingin kedamaian, yang kudapatkan perang. Ku ingin keadilan, yang kudapat penindasan.” Ini adalah kritik tajam terhadap “alumni pesantren kilat”. Agama yang seharusnya jadi sumber kedamaian, dijadikan dalil kebencian. Agama yang seharusnya membela keadilan, justru dijadikan alat untuk penindasan.

Band punk ini benar-benar mengibarkan bendera perlawanan. Dalam ” Gelap Gempita”, mereka teriak dengan lantang untuk mengingatkan kita tentang orang-orang yang rakus. “Di dalam otak mereka, hanyalah kekuasaan. Di dalam hati mereka, tak ada kepuasan. Di dalam cara mereka, terpampang kedzaliman. Di dalam harap mereka, cahaya kemenangan”. Sukatani mengibarkan bendera perang terhadap segala kejahatan kerah putih. Mereka tak akan memberi cahaya kemenangan bagi orang-orang rakus di republik ini. “The light shining on them, will be blocked by this flag”.

Sukatani sendiri adalah kumpulan anak-anak petani yang ingin jadi petani tapi tidak memiliki sawah. Mereka kritik terhadap negara agraris yang gagal memakmurkan rakyatnya dengan pertanian. Petani yang jadi tulang punggung negara, dijadikan kelas paling rendah di bangsa ini. Negara yang harusnya makmur dengan pertanian, justru menjadi penindas petani dengan menjual pupuk yang mahal dan membeli hasil tani dengan harga murah serta terus menerus membuka keran impor yang mengubur cita-cita mereka untuk bertani.

Dalam lagu “Taman Kemandirian”, Sukatani mengajak kita untuk tidak berharap kepada penguasa yang sering memberi kekecewaan setelah harapan. Mereka mengajak kita sebagai kawan, untuk terus bekerja dan belajar di jalan yang ada, selagi itu bukan kejahatan. Sukatani mengajak kita tegar menghadapi realita, itulah pilihan terbaik menurut ajaran Sukatani. Sukatani mengajak kita bergabung dan bersatu. Menurut saya, ini adalah panggilan dakwah syiar agama dari Pesantren Punk Sukatani.

Mereka mengira mengubur Sukatani, padahal mereka adalah benih. Mereka mengira membakar Sukatani, padahal mereka adalah kembang api yang berwarna-warni.

Semakin tua harus semakin punk!

Related Stories