Program Eksplorasi & Produksi Migas Tingkatkan Pasokan Domestik, Wujud Swasembada Energi

-

Program Eksplorasi & Produksi Migas Tingkatkan Pasokan Domestik, Wujud Swasembada Energi

Oleh : Meisya Julian Syafitri

Pemerintah terus memperkuat strategi energi nasional melalui peningkatan eksplorasi dan produksi minyak serta gas bumi (migas) di berbagai wilayah. Upaya ini menjadi bagian penting dari agenda besar menuju swasembada energi dan kemandirian pasokan domestik. Dalam konteks global yang diwarnai fluktuasi harga energi dan ketidakpastian geopolitik, Indonesia menunjukkan langkah nyata dengan meningkatkan kapasitas produksi hulu migas secara berkelanjutan. Sejumlah capaian terbaru di sektor ini memperlihatkan arah yang positif, menggambarkan bahwa komitmen nasional menuju kemandirian energi bukan sekadar wacana, melainkan hasil kerja konkret di lapangan.

 

Salah satu contoh keberhasilan datang dari PT APG Westkampar Indonesia (APGWI) yang mencatat lonjakan produksi minyak tertinggi sejak perusahaan resmi menjadi operator Blok West Kampar pada Januari 2023. Hingga akhir Oktober 2025, produksi mencapai 1.011 barel per hari (BOPD), meningkat tajam dari 150–200 BOPD pada awal reaktivasi sumur. Lonjakan tersebut menunjukkan efektivitas strategi peningkatan produksi melalui program pengeboran sumur baru dan pemeliharaan fasilitas produksi. General Manager PT APGWI, Mohammad Yasin, menegaskan bahwa capaian ini merupakan hasil kerja keras tim di lapangan dan dukungan para pemangku kepentingan. Ia menyebutkan bahwa tantangan geografis di Lapangan Pendalian yang tergolong wilayah terpencil dapat diatasi melalui inovasi dan efisiensi operasional.

 

Keberhasilan PT APGWI juga menjadi bukti nyata bahwa sektor hulu migas Indonesia mampu bertransformasi menjadi lebih adaptif dan berkelanjutan. Direktur PT APGWI, Adi Prasetyana, mengungkapkan optimisme terhadap prospek peningkatan produksi di masa mendatang seiring masifnya program pengeboran hingga 2026. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan energi nasional yang menekankan pentingnya eksplorasi intensif dan pengelolaan sumur eksisting secara optimal. Tidak hanya meningkatkan volume produksi, strategi tersebut juga memperkuat ketahanan energi nasional dengan memastikan pasokan minyak mentah untuk kebutuhan domestik tetap stabil di tengah permintaan yang terus bertumbuh.

 

Dukungan dan sinergi dari pemerintah, khususnya melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), juga berperan besar dalam menjaga momentum ini. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Heru Setyadi, menyampaikan bahwa peningkatan produksi di Blok West Kampar merupakan bukti nyata kontribusi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terhadap pencapaian target nasional. SKK Migas akan terus mendorong kegiatan eksplorasi dan produksi agar berjalan efisien, aman, serta memberi dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar wilayah operasi. Pandangan tersebut memperlihatkan bahwa keberhasilan industri migas tidak hanya diukur dari aspek teknis, tetapi juga dari kontribusinya terhadap kesejahteraan daerah dan ketahanan energi bangsa.

 

Selain di Riau, capaian serupa juga terjadi di Aceh yang menunjukkan kinerja impresif sepanjang tahun 2025. Berdasarkan data Badan Pengelolaan Migas Aceh (BPMA), sebanyak 55 sumur migas masih aktif berproduksi hingga akhir kuartal ketiga, dengan 54 di antaranya berada di bawah pengelolaan BPMA. Produksi minyak mencapai rata-rata 1.898 barel per hari atau 114 persen dari target Work Plan & Budget (WP&B) tahun 2025. Produksi gas pun tercatat 81,80 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD), melampaui target 104 persen. Deputi Dukungan Bisnis BPMA, Edy Kurniawan, menjelaskan bahwa operasi migas Aceh tersebar di tiga wilayah kerja utama, yakni Medco E&P Malaka, Triangle Pase Inc, dan Wilayah Kerja B yang dikelola Pema Global Energi.

 

Kinerja positif tersebut tidak hanya menegaskan kemampuan manajerial dan teknis BPMA, tetapi juga memperlihatkan potensi besar sektor migas Aceh sebagai penopang energi nasional. Meski capaian produksi melampaui target, BPMA tetap mendorong temuan cadangan baru melalui program eksplorasi strategis. Salah satu proyek penting yang sedang dijalankan adalah seismik 3D Cunda–Jeuku seluas 120 kilometer persegi di Wilayah Kerja B. Program ini ditargetkan selesai pada 2026, dilanjutkan dengan eksplorasi Bireuen–Sigli yang digarap oleh Aceh Energy. Menurut Edy, langkah eksploratif ini diharapkan membuka potensi cadangan baru untuk memperkuat ketahanan energi sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

 

Kinerja gemilang dari berbagai wilayah operasi migas tersebut menggambarkan arah baru kebijakan energi nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka. Pemerintah menempatkan ketahanan energi sebagai salah satu pilar strategis pembangunan nasional yang termaktub dalam Asta Cita bidang energi. Melalui kebijakan yang pro-produktivitas dan penguatan investasi hulu migas, Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak serta memastikan pasokan energi yang cukup bagi industri dan masyarakat.

 

Eksplorasi dan produksi migas tidak hanya berfungsi sebagai penggerak ekonomi, tetapi juga sebagai fondasi strategis bagi kedaulatan energi bangsa. Dengan meningkatnya produksi domestik, defisit neraca migas dapat ditekan dan cadangan devisa nasional menjadi lebih stabil. Selain itu, sektor ini berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja, menggerakkan ekonomi daerah, dan memperkuat transfer teknologi.

 

Secara jangka panjang, keberhasilan program eksplorasi dan produksi migas akan menjadi titik awal bagi tercapainya swasembada energi nasional. Pemerintah bersama pelaku industri perlu menjaga momentum ini dengan memperluas investasi, mempercepat adopsi teknologi efisien, dan memperkuat tata kelola lingkungan agar produksi tetap berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi antara pemerintah, badan usaha, dan masyarakat, cita-cita besar menuju kemandirian energi bukan lagi sekadar impian, melainkan arah pasti menuju masa depan Indonesia yang berdaulat dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan energinya.

 

)* Penulis adalah Pengamat Kebijakan Energi

Related Stories