Program MBG Wujud Komitmen Pemerintah Tingkatkan Kualitas Gizi Anak-Anak Papua
Oleh : Yakub Wonda
Pemerintah Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam membangun sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas di seluruh pelosok negeri, termasuk di wilayah paling timur, Papua. Melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah berupaya memastikan bahwa anak-anak di daerah ini mendapatkan asupan gizi yang memadai untuk menunjang tumbuh kembang mereka. Program ini hadir bukan sekadar sebagai bantuan pangan, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang demi masa depan generasi Papua yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Kesehatan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Papua masih berada di atas rata-rata nasional, meskipun tren penurunannya mulai terlihat. Inilah yang menjadi salah satu latar belakang penting bagi pemerintah untuk mengimplementasikan MBG secara serius di wilayah ini.
Melalui MBG, pemerintah memastikan setiap anak sekolah di Papua, baik di tingkat pendidikan dasar maupun menengah, mendapatkan menu makan siang yang terukur secara gizi. Menu yang disiapkan tidak hanya mengenyangkan, tetapi dirancang untuk memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang anak. Setiap porsi makanan disesuaikan dengan standar gizi dari Kementerian Kesehatan, sehingga anak-anak memperoleh energi yang cukup untuk belajar dan beraktivitas. Pendekatan ini sejalan dengan visi besar pemerintah untuk membangun generasi emas Indonesia pada tahun 2045, yang dimulai dari kesehatan dan kualitas gizi anak-anak sejak dini.
Dandim 1707/Merauke, Letkol Inf Johny Nofriady menegaskan bahwa MBG sebagai langkah strategis pemerintah, maka dari itu pentingnya integrasi antara pendidikan, kesehatan, dan pemenuhan gizi dan pihaknya telah menerima perintah dari Panglima TNI, dimana setiap Kodim bertanggung jawab terhadap kesiapan SPPG di wilayah masing-masing.
Di banyak sekolah di Papua, kehadiran program ini sudah mulai dirasakan dampaknya. Guru-guru mengakui bahwa kehadiran MBG tidak hanya mengurangi angka ketidakhadiran siswa, tetapi juga meningkatkan konsentrasi mereka di kelas. Anak-anak yang sebelumnya datang ke sekolah tanpa sarapan kini mendapatkan makanan bergizi, yang membuat mereka lebih fokus mengikuti pelajaran.
Ketua Yayasan SPPG Putri Papua, Maria Dolorosa Liu, mengatakan besar harapannya agar program MBG bisa menjadi solusi nyata dalam menekan angka stunting dan gizi buruk, khususnya di wilayah Papua Selatan.
Selain aspek pendidikan, MBG juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal. Pemerintah melibatkan petani, peternak, dan nelayan setempat sebagai penyedia bahan baku makanan. Model ini bukan hanya menjamin keberlanjutan pasokan, tetapi juga memberdayakan ekonomi masyarakat di Papua. Petani sayur di daerah pegunungan, peternak ayam di distrik-distrik kecil, hingga nelayan di wilayah pesisir merasakan langsung manfaatnya karena hasil panen dan tangkapan mereka dibeli untuk memenuhi kebutuhan MBG. Dengan demikian, program ini sekaligus menciptakan perputaran ekonomi lokal yang sehat dan berkelanjutan.
Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan MBG tidak hanya diukur dari jumlah makanan yang dibagikan, tetapi juga dari keberlanjutan sistem yang dibangun. Oleh karena itu, pelatihan bagi para pengelola dapur sekolah dan penyedia makanan menjadi bagian penting dari program ini. Mereka dibekali pengetahuan tentang pengolahan makanan bergizi, kebersihan, dan manajemen stok bahan pangan. Hal ini diharapkan mampu menjamin kualitas makanan yang disajikan kepada anak-anak tetap terjaga, sekaligus meminimalkan risiko makanan yang tidak layak konsumsi.
Ke depan, pemerintah berkomitmen untuk memperluas cakupan MBG di Papua, tidak hanya di sekolah-sekolah formal, tetapi juga di pusat-pusat layanan pendidikan nonformal. Hal ini bertujuan menjangkau anak-anak yang belum masuk sekolah agar mereka pun mendapatkan kesempatan yang sama untuk tumbuh sehat dan cerdas. Pemerintah juga tengah mengembangkan sistem monitoring berbasis digital untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan program.
Kepala Satuan Pelaksanaan Pemenuhan Gizi Wilayah Merauke, Anisa Amalia, mengungkapkan bahwa total penerima manfaat mencapai 3.963 orang, tersebar di 8 SD, 2 SMP dan SMA, serta kelompok ibu hamil, ibu bersalin dan balita dari Kelurahan Seringgu Jaya dan Samkai.
Lebih dari sekadar program bantuan pangan, MBG di Papua adalah simbol komitmen negara untuk hadir dan melindungi masa depan anak-anak di wilayah paling timur Indonesia. Setiap piring makanan yang tersaji bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi pesan kuat bahwa negara tidak membiarkan satu pun anak tertinggal dalam perjalanan menuju kemajuan. Dengan gizi yang cukup, anak-anak Papua diharapkan mampu menggapai mimpi mereka, berkontribusi bagi daerah, dan menjadi bagian dari kekuatan bangsa di masa depan.
Komitmen pemerintah melalui MBG ini membuktikan bahwa pembangunan sumber daya manusia harus dimulai dari fondasi paling dasar: kesehatan dan gizi yang baik. Papua, dengan segala tantangannya, menjadi cermin bahwa ketika ada tekad, kerja sama, dan keberpihakan pada masyarakat, program sebesar ini dapat berjalan dan memberi manfaat nyata. Jika konsistensi ini terjaga, maka generasi Papua yang tumbuh dengan gizi cukup akan menjadi bukti nyata keberhasilan sebuah kebijakan yang berpihak pada rakyat.
)* Mahasiswa UNIPA