Program Sapi Merah Putih Membuka Jalan Swasembada Pangan dan Pekerjaan Produktif
JAKARTA – Pemerintah terus berupaya mengurangi ketergantungan terhadap impor susu yang pada 2023 mencapai 3,7 juta ton dari total kebutuhan 4,53 juta ton. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menggandeng PT Moosa Genetika Farmindo (Moosa Genetics) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam program pengembangan sapi perah unggul yang diberi nama Sapi Merah Putih.
Sekretaris Kementerian PPN/Bappenas, Teni Widuriyanti, menyatakan bahwa program ini menjadi langkah strategis untuk mendukung swasembada pangan nasional sekaligus memastikan ketersediaan gizi masyarakat.
“Kerja sama ini dilakukan dalam konteks pembangunan nasional, khususnya mendukung swasembada pangan dan program makan bergizi gratis,” ujar Teni.
Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Bappenas, Leonardo Teguh Sambodo, menegaskan bahwa inovasi ini bukan hanya menjawab persoalan ketahanan pangan, tetapi juga menciptakan dampak sosial ekonomi yang signifikan.
“Ke depan, diharapkan program ini dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 8%,” jelasnya.
Selain memperkuat ketahanan pangan, program ini juga membawa manfaat ekonomi bagi peternak. CEO Moosa Genetics, Deddy Kurniawan, mengungkapkan bahwa metode gene editing yang diterapkan memungkinkan sapi Merah Putih lebih tahan terhadap penyakit dan adaptif terhadap iklim tropis.
“Target program sapi Merah Putih adalah meningkatkan populasi sekaligus produktivitas susu,” katanya.
Menurut Deddy, peternak akan merasakan lonjakan pendapatan signifikan dengan mengadopsi teknologi ini.
“Peningkatan genetik dan pola pemeliharaan mampu mendongkrak pendapatan peternak hingga 2,3 kali lipat. Jika beternak biasa hanya menghasilkan sekitar Rp80 juta per sapi dalam lima tahun, maka dengan sapi Merah Putih peternak bisa meraup lebih dari Rp200 juta,” pungkasnya.
Moosa Genetics mengembangkan riset genetika berbasis sapi lokal melalui teknologi bioteknologi reproduksi molekuler modern. Tujuannya adalah meningkatkan produksi susu dan kualitas sapi perah asli Indonesia. Hingga kini, telah lahir 80 ekor sapi Merah Putih yang diharapkan menjadi tonggak kemandirian produksi susu nasional.
Inovasi ini juga disertai standar _Indonesia Genomic Breeding Value (IGBV)_ untuk menilai kualitas genetik sapi perah sejak lahir. Dengan pendekatan ini, pemerintah optimistis program sapi Merah Putih akan menjadi pendorong utama swasembada susu dan membuka peluang kerja produktif di sektor peternakan.