Tokoh Adat Papua Ajak Warga Bersatu Lawan Hoaks OPM

-

Tokoh Adat Papua Ajak Warga Bersatu Lawan Hoaks OPM

Tokoh adat Papua mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi oleh isu dan hoaks yang disebarkan Organisasi Papua Merdeka (OPM) terkait kerusuhan di Kabupaten Yalimo.

 

 

Kepala Suku Elelim, Musa Yare, menilai peristiwa di Yalimo telah menimbulkan kerugian besar, baik secara materiil maupun sosial, sehingga tidak boleh merembet ke daerah lain.

 

 

“Peristiwa yang terjadi di Kabupaten Yalimo sangat disayangkan. Sebagai Tokoh Adat dan Kepala Suku, saya sangat berharap agar situasi di Yalimo segera membaik dan kondusifitas dapat kembali terjaga,” kata Musa.

 

 

Musa mengajak seluruh elemen masyarakat bekerja sama dengan TNI, Polri, dan pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas.

 

 

“Mari kita bersama-sama menahan diri, tidak terpengaruh oleh provokasi maupun isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan justru memperkeruh keadaan,” tambahnya.

 

 

Hal senada disampaikan Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Jayawijaya, Herman Doga. Ia menegaskan pentingnya menjaga keamanan wilayah agar tidak terpengaruh konflik dari luar.

 

 

“Ini daerah aman dari dulu sampai sekarang. Kita tidak boleh ikut pengaruh orang lain masuk ke wilayah kita. Kita harus jaga pembangunan ini supaya aman dan tidak rusak,” ujar Herman.

 

 

Herman juga berpesan agar masyarakat terus menjaga keamanan di rumah, gereja, maupun honai. Menurutnya, kedamaian dan persatuan adalah fondasi utama bagi kemajuan Papua.

 

 

Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Candra Kurniawan menegaskan, kabar yang menuding aparat menembak mati pelajar di Yalimo adalah berita bohong.

 

 

Hoaks tersebut dinilai sengaja digulirkan untuk memicu keresahan dan mengadu domba antara aparat dengan masyarakat.

 

 

“Jangan terhasut dan terprovokasi berita hoaks dari OPM. Mari kita ciptakan rasa aman dan damai di Tanah Papua,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

 

 

Candra menambahkan, OPM sengaja menyebar informasi palsu sebagai bagian dari propaganda untuk memanaskan situasi.

 

 

“Tidak benar berita itu, tidak benar aparat TNI melakukan penembakan dan tidak benar melakukan pengedropan pasukan ke wilayah Yalimo,” pungkasnya.

Related Stories