Waspadai Provokasi Terselubung di Balik Aksi “Indonesia Gelap” 20 Mei

-

Waspadai Provokasi Terselubung di Balik Aksi “Indonesia Gelap” 20 Mei

 

 

 

 

Jakarta – Rencana aksi bertajuk Indonesia Gelap yang digaungkan menjelang 20 Mei menjadi perhatian serius berbagai pihak. Meski diklaim sebagai bentuk aspirasi publik, sejumlah analis menilai gerakan ini rentan dimanfaatkan oleh kelompok berkepentingan yang ingin menciptakan instabilitas nasional.

 

 

 

 

Ketua Umum GP Ansor, Addin Jauharudin, mengingatkan bahwa narasi Indonesia Gelap berpotensi dimanfaatkan untuk membangun opini destruktif yang tidak mencerminkan kondisi faktual bangsa saat ini. Menurutnya, pola-pola seperti ini kerap digunakan dalam upaya melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap negara.

 

 

 

 

“Ketika pemerintah gencar melakukan transformasi besar-besaran, selalu ada pihak yang ingin menggagalkannya. Gerakan semacam ini patut dicurigai sebagai strategi lama yang dikemas ulang,” ujar Addin.

 

 

 

 

Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal. Ia menyebut bahwa aksi tersebut mengandung risiko tinggi jika tidak disikapi dengan kewaspadaan. Terlebih, penyebaran isu secara massif di media sosial membuka ruang bagi masuknya aktor-aktor eksternal.

 

 

 

 

“Ada pihak-pihak yang mencoba menyusupi gerakan mahasiswa dengan narasi kelam. Ini bukan hanya soal demonstrasi, tapi juga agenda besar yang bisa merusak tatanan kebangsaan,” tegas Cucun.

 

 

 

 

Paralel dengan itu, pemerintah menegaskan tidak akan menghalangi aspirasi publik selama disampaikan secara damai dan konstitusional. Namun, upaya adu domba berbasis hoaks dan agitasi tidak akan dibiarkan berkembang.

 

 

 

 

Kepala Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menyatakan bahwa situasi Indonesia secara umum berada dalam kondisi stabil. Ia menilai, penggambaran “Indonesia Gelap” justru menciptakan ilusi ketakutan yang tidak relevan dengan kondisi lapangan.

 

 

 

 

“Ekonomi nasional tumbuh positif, aktivitas masyarakat berjalan normal. Narasi Indonesia Gelap justru bertentangan dengan fakta-fakta objektif yang ada,” pungkas Hasan.

 

 

 

 

Sementara itu, Wakil Menteri Agama, Dr. Romo HR Muhammad Syafi’i, menyampaikan bahwa gerakan dengan nada pesimisme harus dijawab dengan pendekatan yang mendorong literasi publik. Ia menekankan pentingnya menjaga ruang publik tetap sehat dan produktif.

 

 

 

 

“Generasi muda harus lebih cerdas membaca situasi. Jangan sampai energi mereka dimanfaatkan oleh pihak yang ingin merusak kohesi sosial bangsa,” tambah Romo Syafi’i.

 

 

 

 

Di tengah dinamika yang berkembang, para tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan terus mengimbau agar publik tidak mudah terseret dalam narasi provokatif. Kesadaran kolektif untuk menjaga semangat persatuan dan mendukung pembangunan nasional menjadi pondasi penting dalam menjawab tantangan tersebut. [^]

Related Stories