Masyarakat Harus Terima Hasil PSU, Bentuk Kedewasaan Berpolitik

-

Masyarakat Harus Terima Hasil PSU, Bentuk Kedewasaan Berpolitik

Oleh: Ratna Dwi Putranti

Dalam perjalanan demokrasi Indonesia, Pemungutan Suara Ulang (PSU) menjadi salah satu mekanisme penting untuk memastikan bahwa setiap proses pemilu berlangsung jujur, adil, dan transparan. PSU bukanlah tanda kegagalan demokrasi, melainkan bukti komitmen bangsa ini untuk menjaga integritas pemilihan umum. Dalam konteks ini, sikap masyarakat dalam menerima hasil PSU menjadi cermin kedewasaan berpolitik yang patut diapresiasi dan terus diperkuat.

 

Seperti disampaikan oleh Anggota Komisi II DPRD Kota Banjarbaru, Emi Lasari, pelaksanaan PSU yang telah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan harus dihormati oleh semua pihak. Emi menegaskan bahwa seluruh tahapan PSU telah dilakukan dengan prinsip kejujuran dan keadilan. Karena itu, diharapkan tidak ada lagi gugatan yang dapat memperkeruh suasana pasca-PSU. Pihaknya menekankan pentingnya masyarakat untuk bergandengan tangan, mengesampingkan perbedaan, dan kembali bersatu membangun negeri.

 

Menurutnya, PSU ini merupakan proses yang panjang dan cukup melelahkan. Hal ini menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama untuk bisa bersatu kembali, demi Indonesia yang lebih maju. Pihaknya juga mengingatkan bahwa perbedaan yang terus dipelihara hanya akan menghambat pembangunan nasional. Oleh karenanya, sikap legawa dan penghormatan terhadap hasil PSU menjadi kunci utama dalam menciptakan suasana damai dan produktif.

 

Sikap serupa juga disampaikan oleh Sekretaris Kabupaten Kutai Kartanegara, Sunggono. Pihaknya mengimbau seluruh elemen masyarakat untuk menerima hasil PSU dengan lapang dada dan tetap menjaga ketertiban. Menurutnya, sikap positif dalam menyikapi hasil pemilihan akan menjadi landasan kuat terciptanya suasana yang kondusif. Sunggono juga menegaskan bahwa rekapitulasi suara PSU harus berjalan secara transparan dan adil, sehingga masyarakat semakin percaya pada proses demokrasi yang tengah dibangun.

 

Apapun hasilnya, seluruh pihak harus menghormati keputusan yang dihasilkan demi kebaikan bersama. Pernyataan ini memperlihatkan pentingnya mengedepankan kepentingan nasional di atas ego dan ambisi pribadi atau kelompok. Kedewasaan dalam menerima hasil PSU adalah cerminan kualitas demokrasi yang matang, di mana semua pihak mampu mengedepankan persatuan dan keutuhan bangsa.

 

Dukungan terhadap sikap dewasa masyarakat dalam berdemokrasi juga datang dari Ketua KPU Sumatera Selatan, Andika Pranata Jaya. Pihaknya mengapresiasi kondisi kondusif saat pelaksanaan PSU di Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan. Tidak adanya isu gangguan keamanan seperti yang pernah terjadi di pilkada sebelumnya menjadi indikasi bahwa masyarakat semakin memahami makna sejati demokrasi.

 

Andika menilai bahwa sikap damai dan sejuk dalam menghadapi dinamika politik adalah sinyal positif yang perlu terus dijaga. Menurutnya, fenomena ini adalah contoh baik bagi kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Andika juga mengimbau masyarakat untuk meninggalkan perbedaan dan kembali membangun persatuan pasca-PSU. Pesan ini selaras dengan semangat demokrasi Pancasila yang mengutamakan musyawarah, persatuan, dan gotong royong.

 

Momen pasca-PSU ini menjadi kesempatan emas bagi bangsa Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kedewasaan demokrasi kita semakin menguat. Pemerintah dan seluruh lembaga penyelenggara pemilu telah bekerja keras memastikan setiap tahap PSU berlangsung dengan adil dan transparan. Kini, tanggung jawab ada di pundak kita sebagai warga negara untuk menghormati hasil tersebut dan melangkah bersama ke depan.

 

Sebagai bangsa besar, kita harus memahami bahwa perbedaan pilihan politik adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Namun, setelah semua proses dilalui dan keputusan ditetapkan, tidak ada lagi alasan untuk terus memperuncing perbedaan tersebut. Justru, di sinilah ujian sejati kedewasaan berpolitik, yaitu mampu bersatu kembali dalam semangat persaudaraan, mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya.

 

Kehidupan demokrasi yang sehat tidak hanya diukur dari seberapa banyak pemilu yang diselenggarakan, tetapi juga dari bagaimana masyarakatnya merespons hasil tersebut. Menjaga ketertiban, menghormati keputusan bersama, dan aktif membangun kembali persatuan pasca-pemilu adalah tanda bahwa demokrasi kita semakin matang.

 

Menghormati hasil PSU bukan hanya bentuk penghormatan kepada hukum dan penyelenggara pemilu, tetapi juga bukti kedewasaan kita dalam memandang demokrasi sebagai sarana pengelolaan perbedaan secara damai. Demokrasi bukan sekadar soal menang dan kalah, melainkan soal komitmen bersama membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

 

Momentum pasca-PSU ini harus menjadi titik balik bagi kita semua untuk menunjukkan kedewasaan berdemokrasi. Adalah tanggung jawab kita semua, dari elite politik hingga masyarakat biasa untuk menunjukkan bahwa bangsa ini telah matang dalam berdemokrasi. Bangsa yang dewasa adalah bangsa yang mampu menerima perbedaan, mengelola kekecewaan, serta kembali bersatu untuk mengejar tujuan bersama.

 

Pemerintah telah memberikan teladan dengan mendorong pelaksanaan PSU yang jujur, adil, dan sesuai hukum. Kini saatnya masyarakat menunjukkan sikap serupa. Jangan biarkan perbedaan pandangan politik memecah persatuan yang telah dibangun dengan susah payah. Pembangunan nasional menuntut stabilitas sosial dan politik yang hanya bisa tercapai jika semua pihak bersatu dan saling menghormati.

 

)* Penulis merupakan peneliti ekonomi dari Urban Catalyst Management

Related Stories