Kyai Marsudi Ajak Tabayyun dan Jaga Kerukunan Jelang Pemilu 2024
Tahun politik memiliki ciri tersendiri, maka ketka mengambil posisi politik akan membentuk situasi yang bermacam-macam. Oleh sebab itu, Pemilu diharapkan menjadi ritual yang biasa saja sehingga masyarakat diimbau untuk tenang dan menyikapi secara biasa saja, apalagi jika sampai mengancam NKRI.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kiai Marsudi Syuhud, dalam sebuah acara dialog di TVRI pada Jumat (24/2)
Menurut Kyai Marsudi, tujuan politik adalah pertama untuk mengkomposisikan rencana-rencana lima tahun kedepan. Kedua untuk menyatukan, jika masyarakat bangsa sudah disatukan maka kemudian harus gotong royong dan mengecilkan suara kebisingan. Oleh sebab itu, Pemilu diharapkan berjalan aman dan nyaman.
“Inti politik itu bagaimana untuk menyatukan bukan untuk mencerai beraikan. Kalo ditempat ibadah, itu ada latar belakang yang berbeda semua bisa masuk masjid. Masjid atau gereja diharapkan dapat menyatukan segala background masyarakat bukan memecah belah. Jangan sampai pulang dari masjid malah memecah kerukunan bersama,” tutur Wakil Ketua MUI.
Sementara itu, Khususnya terkait pidato Megawati Soekarnoputri soal ibu-ibu pengajian, Kyai Marsudi Syuhud ajak masyarakat untuk tabayyun atau mencari kejelasan atas sebuah kebenaran.
“Kalau saya liat itu begini, tujuan orang ngomong pada satu statemen atau lafalnya yang mengerti adalah orang yang mengungkapnya nah jika ada orang yang menanggapi statemen itu mungkin ada pasnya mungkin ada tidak pasnya,” tutur Kyai Marsudi.
Kyai Marsudi menjelaskan bahwa pernyataan dapat ditafsirkan macam-macam, sehingga bisa benar dan salah. Oleh sebab itu, dirinya mengajak kepada masyarakat untuk melaksanakan tabayyun agar dapat mengetahui maksudnya secara jelas.
“Bagi orang yang menanggapi adalah sesuatu yang kira-kira, tafsiran mereka sendiri,. Tafsiran itu bisa benar dan salah. Oleh sebab itu ada konteks namanya tabayyun,karena tidak mungkin seorang ibu Megawati melarang pengajian karena beliau seoarang Muslim, tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Agama (Wamenag), KH Zainut Tauhid Sa’adi mengaku bahwa dirinya memiliki prasangka baik dengan yang dimaksud pidato dari Megawati Soekarnoputri.
“Saya berprasangka baik terhadap apa yang disampaikan oleh ibu Megawati terkait dengan pernyataan beliau tentang ibu-ibu pengajian,” ujar Kyai Zainut.
Menurutnya, Megawati bukan melarang atau tidak senang dengan kegiatan pengajian tersebut, tetapi sebaiknya dalam mengatur waktunya harus lebih proporsional. Sehingga, tugas utama sebagai seorang ibu yaitu merawat, membimbing, dan mendidik anak bisa lebih maksimal.
“Yang disampaikan oleh Megawati harusnya dipandang sebagai sebuah kritik yang konstruktif, dan bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi,” ungkap Wamenag.