Mengecam Aksi Sadis KST Papua Sandera Penumpang Susi Air
Oleh : Rebecca Marian
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) beraksi kembali dan kali ini mereka menyandera pilot dan penumpang Susi Air di wilayah Nduga. Masyarakat Papua mengecam aksi sadis tersebut dan mendukung Pemerintah untuk tegas menumpas kelompok tersebut.
KST menjadi musuh bersama, tak hanya bagi masyarakat Papua, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Pasalnya mereka selalu menyerang warga sipil dan bertindak terlalu kejam, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa. KST juga merusak fasilitas umum dan merusak pesawat, padahal sama sekali tidak ada hubungannya dengan pemerintah (yang mereka anggap sebagai musuh).
Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa menyatakan bahwa tanggal 7 Februari 2023 KST membakar sebuah pesawat Susi Air di Bandara Paro, Nduga, Papua Tengah. Pelakunya adalah KST pimpinan Egianus Kogoya. Tak hanya membakar, ia juga menyandera pilot pesawat yang bernama Captain Phillips, bersama dengan sejumlah penumpang.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Prabowo menegaskan bahwa pesawat berisi 5 penumpang yang dibawa oleh pilot asal Selandia Baru. Pesawat berangkat dari Bandara Mozes Kilangin Kabupaten menuju Bandara Paro, Kabupaten Nduga.
Namun pesawat yang seharusnya sampai di Timika susah dihubungi.
Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan bahwa nama-nama penumpang pesawat Susi Air tersebut adalah Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge, dan Wetina W. Belum ada keterangan resmi berapa jumlah penumpang yang disandera oleh KST, apakah semuanya diculik atau sebagian saja.
Representatives Susi Air, Donal Fariz, mengungkapkan kronologi Pesawat Susi Air dibakar teroris KKB di Nduga Papua. Donal mengatakan pesawat terbakar pukul 06.35 WIT pagi tadi.
Awalnya, Pesawat Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY di Bandara Paro lost contact sekitar pukul 06.17 WIT, pada saat melaksanakan penerbangan dengan rute Timika-Paro-Timika dengan membawa 5 penumpang dan barang bawaan dengan total muatan 452 kg.
Dua jam kemudian Susi Air mendapati ELT pesawat dalam posisi aktif pukul 09.12 WIT. Perusahaan kemudian menjalankan kondisi emergency di internal perusahaan dengan mengirimkan pesawat lain mengecek posisi Pesawat dan kemudian ditemukan dalam kondisi terbakar di runway.
Pemerintah daerah Papua dan aparat keamanan bergerak cepat untuk misi penyelamatan para penumpang pesawat Susi Air. Apalagi di antara para penumpang ada yang masih bayi. Namun Panglima TNI Laksamana Yudo Margono membantah informasi bahwa pilot juga diculik. Ia menyatakan bahwa tak ada penyanderaan dan sang pilot menyelamatkan diri. Pihaknya bakal mengevakuasi para penumpang yang berjumlah lima orang, termasuk si pilot.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, aparat gabungan TNI-Polri yang tergabung dari Satgas Damai Cartenz, personel Polres Nduga, dan rekan-rekan TNI akan melakukan investigasi terkait kondisi pilot beserta seluruh penumpang Pesawat Susi Air SI 9368.
Saat ini Aparat Gabungan telah berhasil mengevakuasi para penumpang dan kru pesawat. Oleh sebab itu, langkah aparat keamanan ini perlu mendapat dukungan dari banyak pihak.
Keluarga para penumpang dan pilot pesawat, termasuk masyarakat Papua, menanti hasil penyelidikan kasus pembakaran pesawat dan penculikan penumpang Susi Air. Mereka pun berharap agar kejadian serupa tidak pernah terjadi lagi dan Papua dapat aman dari gangguan KST.
Masyarakat juga diimbau tidak terlalu khawatir karena Satgas Damai Cartenz bersama tim gabungan TNI-Polri dengan sigap menyisir wilayah dekat Bandara Paro, Nduga, Papua Tengah. Dengan adanya patroli keamanan ini segala bentuk gangguan Kamtibmas diharapkan dapat diminimalisasi.
Pada dasarnya, untuk menghadapi KST pimpinan Egianus Kogoya maka bisa memakai cara lama. Mereka pernah menculik para pekerja Papua dan akhirnya dibebaskan, dengan pendekatan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama. Saat ini selain dengan penerjunan aparat keamanan, para tokoh masyarakat juga bisa diutus agar mendekati Egianus Kogoya untuk membebaskan para korban.
Para tokoh agama dan tokoh masyarakat memang diharap membantu pemberantasan KST, karena mereka adalah warga negara yang baik dan nasionalis. Dengan pengaruhnya maka KST akan melunak lalu membebaskan para penumpang yang disandera. Apalagi jika tokoh tersebut masih memiliki marga yang sama atau berkerabat dekat, dan rayuan mereka akan makin mudah agar KST menghentikan kekejiannya.
Penyanderaan sejumlah penumpang pesawat Susi Air mengejutkan masyarakat Papua. Apalagi di antara mereka ada yang masih bayi. Rakyat Papua berharap kejadian ini tidak pernah terjadi lagi dan KST dapat segera diberantas. Hal ini perlu dilakukan agar mereka tidak membuat kerusuhan maupun penculikan di seluruh wilayah Bumi Cendrawasih.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta