MUI Sulteng Serukan Perdamaian Usai Insiden di PT GNI
Peristiwa kerusuhan antar pekerja yang terjadi di PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI), turut menarik perhatian Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Habib Ali bin Muhammad Aljufri.
Sesepuh Alkhairaat ini mengaku prihatin atas kejadian perusakan yang menimbulkan korban jiwa di perusahaan nikel yang beraktivitas di Kabupaten Morowali Utara (Morut) tersebut, pada Sabtu (14/1).
Habib Ali berharap, tidak terjadi hal-hal atau peristiwa yang lebih besar dari sebelumnya. Ia meminta semua pihak menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa berakibat lebih besar.
“Karena bagaimanapun kegiatan investasi itu ada manfaatnya untuk masyarakat. Walaupun memang ada kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan dari kejadian itu,” ujarnya.
Menurutnya, masalah yang terjadi harus bisa diselesaikan secara cepat. Harus ada yang bisa memediasi, karena kerugian yang ditimbulkan dari perusakan-perusakan itu, bukan hanya dialami oleh PT GNI sendiri, tetapi juga pihak lain, termasuk pekerja.
“Mungkin ada di antara pekerja yang tidak terlibat, tapi karena akibat dari peristiwa itu akhirnya ikut terimbas. Mungkin juga karena ada hasutan-hasutan atau adanya persaingan. Maka yang perlu diselesaikan juga adalah siapa otak di balik peristiwa itu, karena tidak mungkin timbul sendiri, apalagi sudah sampai menghilangkan nyawa, baik dari pekerja asing maupun dari pekerja lokal,” katanya.
Oleh karena itu, kata dia, yang harus tampil di sini adalah pemerintah dan penegak hukum untuk mencari tahu keadaan yang sebenarnya. Jangan nanti sudah terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, baru bergerak menyelesaikan.
“Pasti ada masalah-masalah sebelumnya yang seharusnya tidak sampai berakibat seperti sekarang ini, kerugiannya besar. Pemerintah di sini juga mungkin ada kerugiannya karena ini berkaitan juga dengan investasi,” tambahnya.
Kepada pihak perusahaan, ia juga meminta agar memperhatikan aspirasi dari pekerja. Lebih lanjut, Habib Ali berharap, jika ada orang yang datang dalam keadaan marah dan ada yang mau mendengar, biasanya dengan sendirinya akan tenang.
“Kita dengar semua permasalahan, mereka juga sendirinya akan tenang ketika ada yang mau mendengar. Dengarlah apa aspirasi orang, walaupun kita tidak suka. Karena bukan hanya pekerja yang memerlukan perusahaan, tetapi perusahaan juga memerlukan pekerja,” tuturnya.
Bahkan, kata dia, jika pihak perusahaan memerlukan kehadiran Alkhairaat dalam memediasi, maka pihaknya pasti siap. Hal itu sendiri sudah pernah dilakukan atas permasalahan serupa yang terjadi di PT IMIP.
“Kita sudah lakukan itu di IMIP. Kita bisa buat pembinaan-pembinaan ummat di sekitar wilayah tambang maupun di dalam wilayah pertambangan sendiri. Masjid-masjid yang ada di sana bisa kita tempatkan imam-imam kita,” imbuhnya.
Diketahui, perusakan dan pembakaran di PT GNI terjadi pada 14 Januari lalu. Hal itu memicu bentrokan antara pekerja lokal dan pekerja asing asal China hingga menewaskan dua pekerja.
Polda Sulawesi Tengah telah menahan 17 pekerja lokal di PT GNI di Rutan Mapolres Morowali Utara. Dari 17 tersangka itu, 16 di antaranya diancam lima tahun penjara dan seorang lagi diancam 12 tahun penjara.