Rakyat Papua Menolak Intimidasi KST Papua
Oleh : Saby Kosay
Seluruh rakyat Papua menolak intimidasi yang dilakukan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) karena kelompok separatis tersebut meneror dan menyakiti warga sipil. KST juga tidak mendapat simpati masyarakat karena mereka sering merusak fasilitas umum dan merugikan banyak orang.
KST mencoreng nama Papua karena membuat image bahwa wilayah tersebut kurang aman. Hal ini bisa merugikan karena berpengaruh buruk pada sektor pariwisata. Selain itu, masyarakat sipil juga dirugikan karena ketika ada intimidasi KST, mereka tidak bebas beraktivitas di luar rumah.
Banyak yang takut kena peluru nyasar dan jadi korban jiwa gara-gara kedatangan kelompok pemberontak tersebut.
Rakyat Papua menolak intimidasi KST karena selalu merugikan, baik secara fisik, mental, maupun secara material. Oleh karena itu seluruh warga di Bumi Cendrawasih mendukung pemberantasan kelompok separatis tersebut. Mereka tidak mau diajak mendirikan Republik Federal Papua Barat.
Warga Tembagapura, Papua, mengadakan deklarasi anti kekerasan dan menolak keberadaan KST. Dalam deklarasi tersebut dihadiri oleh tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan warga sipil.
Tokoh agama Pendeta Giman menyatakan bahwa ia atas nama seluruh rakyat Papua, menolak keras penyerangan dan teror yang dilakukan oleh KST. Ia juga mendukung pemberantasan KST yang dilakukan oleh TNI dan Polri.
Pendeta Giman melanjutkan, ia berharap aparat keamanan lebih sering berpatroli di Tembagapura. Kehadiran mereka sangat penting untuk melindungi para pendulang emas dan tembaga yang merupakan warga lokal. Selain itu warga Papua diharap untuk mendukung kinerja TNI dan Polri dalam mengamankan Papua dari keganasan KST.
Permintaan dari Pendeta Giman hadir karena KST pernah membunuh seorang pendulang emas di kawasan Pegunungan Bintang. Peristiwa itu sangat tragis karena korban dipenggal kepalanya lalu videonya sengaja disebarkan ke media sosial. Oleh karena itu keselamatan warga, terutama yang berprofesi sebagai pendulang emas dan tembaga, wajib diutamakan oleh aparat keamanan.
KST selalu beralasan korban adalah intel yang menyamar, padahal ia hanya warga sipil biasa. Rakyat makin muak dengan KST karena asal tuduh dan tidak mau menerima alasan korban. Padahal korban adalah orang asli Papua dan merupakan saudara sesukunya sendiri, tetapi diserbu dan disiksa sampai kehilangan nyawa.
Kemudian, intimidasi KST juga merugikan karena mereka tega membakar sekolah di kawasan Oksibil. Jika sekolah terbakar maka selain ada kerugian berupa bangunan rusak, para murid juga tidak bisa belajar dengan lancar. Padahal pendidikan adala salah satu cara warga Papua untuk maju dan memiliki taraf hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu seluruh warga Papua kompak dalam menolak intimidasi KST. Mereka terlalu sering membunuh rakyat yang tidak bersalah. Menurut catatan Polda Papua, sepanjang tahun 2022 ada lebih dari 90 orang asli Papua yang menjadi korban jiwa KST.
Rocky, pengamat konflik dari Menara Institute Papua, menyatakan bahwa sudah saatnya pemerintah memastikan keamanan di Nduga dan seluruh wilayah Papua terjamin, mengingat masyarakat setempat sangat dirugikan saat KST berbuat ulah. Setiap aksi yang dilakukan pasti berdampak pada layanan transportasi udara dan terhambatnya distribusi logistik di Kenyam. Hal itu merugikan masyarakat karena minim pasokan bahan makanan.
Rocky melanjutkan, Papua harus bebas dari teror KST agar pembangunan dan roda ekonomi dapat berjalan dengan baik. Pengamanan di Bandara Kenyam juga wajib ditingkatkan karena menjadi pusat transportasi logistik di Nduga. Hal ini juga wajib dilakukan di bandara lain seperti di Nabire, Wamena, dll.
Intimidasi yang dilakukan KST jelas merugikan dari segi ekonomi dan rakyatlah yang jadi korbannya. Bayangkan jika minim pasokan bahan makanan, maka mereka menderita karena kelaparan. Kondisi geografis Papua yang sebagian perbukitan dan pegunungan memang tergantung dari transportasi udara, sehingga jika layanan di bandara terganggu gara-gara KST, rakyat jadi gigit jari.
Selain itu, warga Papua yang berprofesi sebagai pedagang juga dirugikan karena pasokan belanjaan dari daerah lain jadi terhambat. Bisnisnya jadi macet karena permintaan barang tinggi sementara stoknya habis. Hal ini akan berpengaruh negatif karena bisa-bisa para pedagang akan kehilangan pembeli yang kecewa.
Jika ada serangan dan intimidasi KST di Papua daratan maka masyarakat juga dirugikan karena kegiatan mereka terganggu. Par pedagang jadi takut untuk berjualan di pasar, akibatnya roda ekonomi tidak berjalan. Padahal hal ini sangat berbahaya karena akan merugikan bagi sang pedagang maupun bagi perekonomian Papua, karena tidak ada perputaran uang.
Rakyat Papua kompak melawan intimidasi KST karena kelompok separatis ini merugikan, baik secara material, fisik, dan mental. Mereka membakar sekolah, menyerang warga sipil, lalu membunuh tanpa perasaan bersalah. Seluruh rakyat di Bumi Cendrawasih menolak KST dan tidak mau diajak memberontak karena cinta Indonesia dan merasa KST adalah kelompok jahat yang membuat onar.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta