Jakarta – Ketua Bidang Kepemiluan Majelis Nasional KAHMI 2022-2027, Ramdansyah mengajak para aktivis untuk menjadi pengusaha. Tidak hanya bercita-cita menjadi politisi.
“Kalau anda pengusaha anda pasti berpolitik. Berpolitik supaya uang anda bertambah. Tapi kalau politisi, anda belum tentu berpolitik,” ujar Ramdansyah saat menjadi pembicara Tadarus Demokrasi yang digelar Rumah Muda Integritas secara online, Kamis (20/4/2023).
Diskusi bertajuk, Pemilu dan Korupsi, Pemilu dan Demokrasi Berintegritas, juga menggambarkan kegusaran Ramdansyah, melihat Indonesia pasca reformasi. Mantan Ketua Panwaslu DKI Jakarta tersebut gelisah dengan kekuatan oligarki yang mencengkram calon pemimpin.
“Karena yang saya lihat hampir banyak politisi kita sudah di ijon sejak awal. Oleh oligarki, oleh kekuatan uang. Jadi bagaimana nasib bangsa kedepan tergantung yang punya uang,” ujar aktivis 98 tersebut tampak gelisah.
Sebagai seorang aktivis dan juga pernah menjabat Sekjen Partai Idaman, Ramdansyah berharap calon pemimpin kedepan benar-benar memikirkan rakyat. Tidak menjadi “boneka” oligarki.
Karena itu dalam acara Tadarus Demokrasi, Ramdansyah membeberkan hal-hal tentang idealisme. Yang diharapkan menambah khazanah pengetahuan para aktivis dalam acara tersebut. Serta mengingatkan mereka jangan pernah menjual idealismenya. Karena itulah ia mendorong para aktivis tersebut untuk menjadi pengusaha.
Ramdansyah juga membuka ruang dialog dalam Tadarus Demokrasi. Dengan melontarkan sejumlah pertanyaan. Seperti siapa sih yang berhak menjadi pemimpin?
“Mereka yang memiliki pengetahuan
Dia tidak perlu pegang UU, tetapi dia adalah UU yang berjalan dan orang bisa bertanya kepadanya. Yang gimana sih seorang pemimpin yang ideal. Yang punya nilai filsuf. Pemimpin itu harus estetik
Atau yang punya pengetahuan yang cukup,” tanya Ramdansyah yang kemudian membeberkan alasannya.
Namun tegas, Ramdansyah, pemimpinnya Itu harus punya nilai religiusitas.
“Kalau pemimpin tidak punya nilai religiusitas, akan terjebak pada materialistik,” jelas Ramdansyah.
Ramdansyah juga menjelaskan cara mencari pemimpin. Apa yang kita lakukan sekarang.
“Maka carilah pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya, sudah tidak memikirkan hal lain. Secara ekonomi sudah cukup. Sebab sekarang adanya oligarki, mereka dengan kekuatan uangnya bisa menjadikan pemimpin sebagai boneka. Ia membeli calon pemimpin,” jelasnya
Kemudian Ramdansyah juga menegaskan, pemimpinnya itu harus punya pengetahuan yang luas. Paham berbagai disiplin ilmu. Tidak hanya sosial atau hukum saja.
“Apakah akan muncul korupsi ketika
pemimpin seorang yang berpengetahuan? Maka peluang Korupsi akan kecil. Knowledge itu menjadi penting ketika ingin menjadi pemimpin. Harus tahu pengetahuan pengetahuan lainnya, tidak hanya soal hukum. Misalnya harus tahu ekonomi,” ujarnya.
“Dia juga harus punya kecukupan ekonomi
Juga harus punya modal sosial, harus punya jejaring yang luas. Juga harus punya nilai religiusitas, agar tidak terombang-ambing,” imbuh Ramdansyah.